×
Lakon Petruk dadi Ratu merupakan lakon carangan dalam sebuah pagelaran wayang kulit yang isi ceritanya membahas mengenai bagaimana kisah tokoh Punakawan bernama Petruk, yang merupakan simbolisasi rakyat jelata yang berhasil mencapai puncak kekuasaan. Disitulah banyak kritik sosial dilontarkan, terutama mengenai carut marut kekuasaan dan intrik politik yang ada dalam pemerintahan. Lakon ini awalnya dibuat pada era Sinuhun Paku Buwana X, Raja dari Kerajaan Surakarta Hadiningrat, pada akhir abad 19 M. Dan dari sinilah, sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka penulis tertarik untuk mengkaji apa saja wacana kritik yang terkandung dalam lakon “Petruk Dadi Ratu” versi Ki MPP Bayu Aji Pamungkas, terutama dari sisi perspektif penerapan demokrasi Pancasila untuk mengkritisi kondisi pemerintahan yang ideal menurut Pancasila.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif studi dokumen/teks dengan teknik analasis wacana dan menggunakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara dokumentasi. Adapun tujuan untuk menjelaskan bagaimana representasi wacana kritik terhadap nilai-nilai demokrasi pancasila dalam pagelaraan wayang kulit pada lakon "Petruk Dadi Ratu" versi Ki MPP Bayu Aji Pamungkas.
Hasil dari penelitian ini adalah dalam lakon “Petruk dadi Ratu” terdapat wacana global yaitu sebuah pemerintahan yang bagus dan ideal sesuai dengan demokrasi Pancasila yang diwacanakan dalam lakon “Petruk dadi Ratu” adalah Pemerintahan yang mau mendengarkan aspirasi rakyat, menghargai yang namanya pendapat, mampu memberikan jaminan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Jika terjadi kesewenang-wenangan dan pencideraan terhadap prinsip keadilan sosial, tidak seimbang antara hak dan kewajiban maka akan terjadi kericuhan, karena keputusan hanya dilakukan secara sepihak dan itu dapat mengancam persatuan nasional dan rasa kekeluargaan.
Kata kunci: Demokrasi Pancasila, Wayang Kulit, Kekuasaan, Lakon.