Smart city atau kota pintar dapat diartikan sebagai tata kelola perkotaan yang mengintegrasikan teknologi informasi dengan aspek fisik guna membantu memenuhi kebutuhan hidup masyarakat perkotaan secara mudah efektif dan efisien. Pada saat ini, kabupaten dan kota di Indonesia telah mengimplementasikan kebijakan smart city sebagai tata kelola pemerintahan yang sesuai dengan perkembangan jaman dan teknologi. Kota Semarang merupakan salah satu kota yang mengimplementasikan kebijakan smart city mulai tahun 2013. Fokus penelitian ini pada evaluasi implementasi kebijakan Semarang Smart City dan menilai faktor apa saja yang mempengaruhi implementasi kebijakan Semarang Smart City.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan evaluasi implementasi kebijakan Semarang Smart City secara alamiah. Lokasi penelitian  ini  dilakukan  di  Kota  Semarang   yang  telah  mengimplementasikan kebijakan Semarang Smart City. Sumber data diperoleh dari hasil wawancara dan pengkajian dokumen. Untuk menguji keabsahan data yang diperoleh dari lapangan, peneliti menggunakan metode triangulasi sumber.

Hasil penelitian dan pembahasan, pelaksanaan kebijakan Semarang Smart City dilaksanakan belum sesuai dengan Masterplan Semarang Smart City. Berdasarkan aspek  kepatuhan,  implementor  dalam  melaksanakan  kebijakan  tidak  sepenuhnya patuh pada Masterplan Semarang Smart City. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi menurut teori Edward III yaitu komunikasi, sumberdaya, disposisi dan struktur birokrasi.  Komunikasi menjadi faktor  penghambat  pelaksanaan kebijakan Semarang Smart City. Dikarenakan implementor dalam melaksanakan komunikasi belum  optimal.  Sedangkan  sumberdaya,  disposisi  dan  struktur  birokrasi  menjadi faktor pendorong pelaksanaan kebijakan Semarang Smart City karena ketiga faktor tersebut berjalan dengan baik.

Kata Kunci : evaluasi implementasi, kebijakan, smart city