Isu tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) mengalami perkembangan yang sangat pesat sejalan dengan perkembangan pemberdayaan masyarakat, mempunyai misi agar dunia usaha tidak  lagi  semata-mata  mengejar  keuntungan  tetapi  juga  bersikap  etis  kepada  masyarakat setempat dan memikirkan dampak ekonomi,     sosial serta lingkungan yang diakibatkan dari operasional perusahaan. Perkembangan  CSR  di sektor pariwisata sebagai industri jasa terutama hotel   tidak berjalan secepat disektor bisnis industri yang memanfaatkan sumber daya alam seperti pertambangan. Penelitian ini memverifikasi dan menguji dengan cara melakukan analisis pengaruh persepsi, penerapan kebijakan terkait CSR dan     tata kelola (governance) terhadap partisipasi pelanggan, terhadap CSR hotel dan keterkaitannya dengan keberdayaan usaha mikro petani dalam konservasi lingkungan. Metode penelitian menggunakan pendekatan mixed method yang bersifat dominant-less dominant.  Data  yang  digunakan  adalah  kuesioner disebarkan ke pelanggan   hotel, sebanyak 331 responden dan   melalui   wawancara   langsung   dengan   para pelaku usaha mikro petani yang menjadi mitra Hotel Lorin Solo, Hotel Sahid Jaya Solo dan Hotel New Kuta Bali berjumlah 13 narasumber. Hasil  penelitian menunjukkan  bahwa  persepsi dan kebijakan terkait CSR berpengaruh  terhadap partisipasi pelanggan dan berpengaruh terhadap kegiatan  CSR  hotel yang mempunyai hubungan dengan keberdayaan usaha mikro petani dalam konservasi  lingkungan.  Rumusan   model   CSR  hotel   berbasis  pada  partisipasi  pelanggan (customer participation) yang terkait dengan keberdayaan usaha mikro petani, berdasarkan uji statistik dan analisis kualitatif ditemukan konsep dasar CSR tidak saja 3P yang dikenal dengan triple bottom line theory John Elkinton, tetapi menjadi 4P+G yaitu quadapple bottom line plus governance (planet, people, profit and participaction plus governance). Participaction dalam hal ini merupakan  suatu  partisipasi baik dari pelanggan atau masyarakat yang disertai dengan keterlibatan secara aktif oleh   partisipan, partisipasi lebih efektif jika diikuti dengan langkah nyata (action), dengan kata lain bahwa keikutsertaan atau keterlibatan seseorang dalam kegiatan nyata yang dilakukan secara aktif untuk merealisasikan suatu rencana sesuai harapan dalam mencapai tujuan, sehingga kegiatan tersebut akan berlangsung secara berkesinambungan. Dengan demikian untuk selanjutnya kegiatan CSR yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka membantu masyarakat kurang mampu atau usaha kecil menengah (UKM) baik dalam bidang fisik, sosial, budaya maupun ekonomi agar dapat bermuara pada terciptanya masyarakat lebih berdaya dan mandiri serta terbantu dalam meningkatkan kesejahteraannya sebagai penerima manfaat (sustainability)