Abstrak

Latar Belakang: Kulit kering atau xerosis cutis didefinisikan sebagai hilangnya atau berkurangnya kadar kelembaban pada stratum korneum. Peningkatan TEWL  menyebabkan kulit kering karena banyaknya air yang menguap ke atmosfir. Xerosis cutis dapat terjadi pada kulit yang terus-menerus terpapar sinar matahari, cuaca ekstrem, pada orang-orang tua, dan juga kelainan genetik. Radiasi UV dapat menyebabkan kerusakan kulit, kulit terbakar (sunburn), eritema, noda-noda cokelat, serta penebalan dan keringnya kulit. Pajanan yang berlebihan dan berlangsung lama dapat menimbulkan perubahan dan degenerasi pada kulit dan kanker kulit.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan metode cross-sectional. Sampel penelitian berupa 53 orang petani diambil dari 113 orang populasi petani di desa Hadiluwih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Responden dikumpulkan di Puskesmas untuk melakukan pengisian lembar kuesioner serta pemerikasaan kadar kelembaban kulit NMF (Natural Moisturizing Factor) dan TEWL (Transepidermal Water Loss). Data hasil penelitian dianalisis dengan uji normalitas Shapiro
Wilk dan uji korelasi Pearson (?= 0,05).
Hasil penelitian: Berdasarkan analisis univariat, rata-rata lama paparan 5,2 jam/hari, rata-rata frekuensi paparan 5 kali/minggu, rata-rata usia 35 tahun, dan rata-rata masa kerja  17 tahun. Uji korelasi Person menunjukkan lama paparan sinar matahari, usia, dan masa bekerja memiliki hubungan yang bermakna terhadap nilai TEWL dan NMF (s<0>0,05).
Simpulan: Lama paparan sinar matahari, usia, dan masa bekerja berhubungan dengan nilai TEWL dan NMF. Terdapat hubungan antara lama paparan sinar matahari terhadap kejadian xerosis cutis.

Kata Kunci : Xerosis cutis, kulit kering, lama paparan sinar matahari, TEWL,
NMF