ABSTRAK

Perolehan pengembalian pinjaman adalah sebuah keharusan bagi lembaga keuangan yang berkeinginan menjamin sustainabilitas atau keberlangsungan bisnis mereka, karena timbulnya pembiayaan bermasalah berakibat pada gangguan rentabilitas suatu lembaga keuangan dalam jangka pendek serta berpotensi mematikan bisnis lembaga keuangan tersebut. Salah satu penyebab kegagalan banyak lembaga keuangan mikro di negara-negara berkembang adalah ketidakmampuan lembaga tersebut dalam memperoleh tingkat pengembalian pinjaman yang cukup. Kondisi ini mengharuskan lembaga keuangan untuk mengetahui penyebab keterjadian pembiayaan bermasalah dalam praktek pembiayaan mereka sebagai acuan evaluasi sekaligus tindak pengendalian resiko.

Penelitian ini dilakukan pada 60 responden yang merupakan sampel dari keseluruhan debitur berprofesi petani pengguna pembiayaan usaha produktif di Koperasi Simpan Pinjam Syariah Bina Insan Mandiri cabang Kalisoro dan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2017 hingga September 2017. Metode dasar dari penelitian ini adalah deskriptif analisis yang dengan jenis data primer. Analisis yang digunakan adalah regresi logistik biner, dengan empat variabel prediktor yakni ; penyalahgunaan dana pinjaman, perubahan siklus bisnis, misrepresentasi kemampuan finansial, dan permasalahan manajemen. Berdasarkan analisis tersebut dapat diidentifikasi  dua hal, yakni ; (1) Variabel prediktor yang secara statistik signifikan dalam mempengaruhi pembiayaan bermasalah, serta (2) Peluang terjadinya pembiayaan bermasalah yang dipengaruhi keterjadian variabel prediktor.  

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95%, variabel penyalahgunaan dana pinjaman merupakan satu-satunya variabel prediktor yang secara statistik dan parsial berpengaruh signifikan. Variabel penyalahgunaan dana pinjaman memiliki nilai odd ratio sebesar 3,73, sehingga dapat diartikan bahwa debitur pelaku penyalahgunaan dana pinjaman berpeluang atau memiliki kecenderungan untuk mengalami pembiayaan bermasalah 3,73 kali lebih tinggi dibanding debitur yang tidak melakukan penyalahgunaan dana pinjaman. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dirumuskan ; (1) Mempertimbangkan faktor keberadaan tanggungan hutang debitur, (2) Memprioritaskan segi karakter debitur dalam analisis kelayakan pembiayaan, (3) Meningkatkan pemahaman debitur mengenai praktik pembiayaan yang berkesesuaian dengan anjuran syariah melalui disclaimer dan sosialisasi berkelanjutan, dan (4) Melakukan pendampingan serta kontrol terhadap penggunaan dana debitur