×
Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hortikultura menjadi salah satu subsektor andalannya. Salah satu kelompok komoditas hortikultura yang cukup pesat dalam pengembangannya adalah tanaman hias. Kota Tangerang Selatan sebagai sentra produksi anggrek di Provinsi Banten mempunyai peran penting dalam memenuhi permintaan pasar akan bunga anggrek. Perlu adanya peran pemerintah untuk menjaga eksistensi anggrek di Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dan potensi anggrek di Kota Tangerang Selatan dengan menggunakan pendekatan analisis Tipologi Klassen, mengetahui dan mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam pengembangan anggrek, serta merumuskan alternatif strategi pengembangan yang dapat diterapkan Pemerintah Kota Tangerang Selatan khususnya Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan. Metode dasar penelitian adalah deskriptif eksploratif. Lokasi penelitian di Kota Tangerang Selatan karena merupakan sentra produksi anggrek di Provinsi Banten dimana Provinsi Banten merupakan daerah penghasil anggrek terbesar di Indonesia. Data penelitian yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan mewawancarai key informant untuk identifikasi faktor internal dan eksternal. Data sekunder diperoleh dari Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Kehutanan dan Badan Pusat Statistik untuk melakukan analisis Tipologi Klassen. Metode analisis data menggunakan pendekatan Tipologi Klassen untuk mengetahui posisi komoditas anggrek di Kota Tangerang Selatan untuk selanjutnya dijadikan dasar pertimbangan dalam merumuskan alternatif strategi pengembangan komoditas anggrek. Hasil penelitian menunjukkan posisi komoditas anggrek berdasarkan matriks Tipologi Klassen menempati posisi sebagai komoditas berkembang. Komoditas berkembang berarti laju pertumbuhan nilai produksi komoditas anggrek cepat dan kontribusi nilai produksi komoditas anggrek terhadap sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan kecil. Faktor-faktor yang menyusun kekuatan, diantaranya terdapat anggaran yang khusus dialokasikan untuk pengembangan anggrek, tersedia fasilitas untuk pemasaran anggrek binaan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan, infrastruktur mendukung, kebijakan bagi instansi swasta dan negeri untuk menanam anggrek di halaman kantor, dan terdapat program kerja untuk keberlanjutan anggrek di Kota Tangerang Selatan. Faktor-faktor yang menyusun kelemahan, diantaranya minimnya jumlah SDM di Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan yang terlibat dalam pengembangan anggrek, kompetensi SDM di Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan kurang mendukung, belum terealisasinya rencana penyediaan fasilitas umum untuk budidaya anggrek, laboratorium kultur jaringan belum berjalan secara efektif, dan adanya kebijakan pembatasan bantuan untuk usahatani yang belum berbadan hukum. Peluang dalam pengembangan komoditas anggrek, diantaranya iklim dan cuaca Tangerang Selatan mendukung, kemampuan petani dalam berbudidaya anggrek sudah baik, lokasi yang strategis, meningkatnya permintaan anggrek di Kota Tangerang Selatan, produk yang dihasilkan memiliki daya saing, dan pasar ekspor terbuka untuk anggrek. Ancaman dalam pengembangan komoditas anggrek, diantaranya harga saprodi mahal, petani bergantung pada bibit impor, serangan hama dan penyakit, alih fungsi lahan pertanian, persaingan dengan produk wilayah lain, dan jenis tanaman hias lain. Alternatif strategi yang dapat diterapkan Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Kehutanan adalah (1) Membuat database potensi jenis anggrek di Kota Tangerang Selatan untuk memperluas jaringan pasar anggrek; (2) Recruitment SDM berkompeten untuk optimalisasi pengembangan anggrek; (3) Pengadaan program intensifikasi pertanian untuk optimalisasi pengembangan komoditas anggrek; (4) Melakukan pemetaan lahan pertanian dan mengoordinasikannya dengan Dinas Tataruang; (5) Peningkatan Kompetensi SDM