×
Batik merupakan salah satu kesenian Indonesia yang telah dikenal oleh masyarakat dunia. Perkembangan penggunaan pewarna alami sebagai pewarna kain batik semakin meningkat. Jenis tumbuhan yang penulis gunakan sebagai penghasil zat warna alami yaitu pelepah pisang jenis pisang raja, pisang kulit tipis, dan pisang kepok. Tugas akhir ini dibuat untuk mengetahui teknik pengaplikasian zat warna alami pada kain batik, serta mengetahui ketahanan luntur terhadap cucian, gosokan dan penodaan, ketuaan warna pada kain dengan fiksator tawas (Al2(SO4)3), tunjung (FeSO4) dan kapur (CaO).
Proses pembuatan zat warna alami yaitu bahan pelepah pisang dipotong menjadi ukuran kecil-kecil. Bahan dikeringkan dibawah sinar matahari selama 1 hari. Potongan pelepah pisang tersebut ditimbang seberat 1 kg dan dimasukkan ke dalam alat ekstraktor-evaporator. Tambahkan air dengan perbandingan 1:5. Proses berlangsung ekstraksi optimal dilakukan selama 1 jam pada suhu 100ºC dilanjutkan dengan proses evaporasi selama ±45 menit.
Zat warna alami dari ketiga jenis pelepah pisang diaplikasikan pada kain dengan jumlah pencelupan 10 kali. Setelah itu dilakukan fiksasi warna pada kain dengan beberapa fiksator. Kain mori primissima yang telah difiksasi kemudian diuji ketahanan luntur warnanya terhadap cucian, penodaan, dan gosokan, serta dilakukan uji ketuaan warna kain.
Kain yang mempunyai ketahanan luntur optimal terhadap pencucian dengan Gray Scale adalah kain dengan fiksator tawas (Al2(SO4)3) dan kapur (CaO) dalam zat warna ketiga jenis pelepah pisang dengan nilai 4-5 (Baik). Kain yang memiliki tahan luntur warna terhadap pencucian (Staining Scale) optimal pada zat warna ketiga jenis pelepah adalah kain dengan fiksator tawas (Al2(SO4)3) dan kapur (CaO) dengan nilai 5 (Baik Sekali). Kain yang memiliki ketahanan terhadap gosokan kering dan basah dengan zat warna ketiga jenis pelepah pisang mendapatkan hasil yang baik adalah kain dengan fiksator tawas (Al2(SO4)3) dan kapur (CaO) pada pencelupan ke- ke-10 dengan nilai 4-5 (Baik).
Analisa pengujian ketuaan warna kain yang memiliki nilai reflektansi (R%) paling kecil yaitu kain dengan zat warna pelepah pisang raja pada pencelupan ke-10 dan difiksasi menggunakan fiksator tunjung dengan nilai reflektansi (R%) sebesar 25,69, sedangkan kain yang memiliki nilai reflektansi (R%) paling besar yaitu kain yang dicelup dengan zat warna pelepah pisang raja pada pencelupan ke-10 dan difiksasi menggunakan fiksator kapur (CaO) dengan nilai R% sebesar 74,29.
Biaya Investasi yang dibutuhkan untuk memproduksi kain batik sebesar Rp. 359.364.000,00, depresiasi alat sebesar Rp. 10.784,72/hari dengan harga jual produk sebesar Rp. 250.000,00/kain, maka didapatkan keuntungan penjualan kain batik sebesar Rp. 2.029.123,00/hari, dengan produksi kain batik 10 kain/hari dan BEP sebesar 21,78 %