Penulis Utama : Istri Yuliani
NIM / NIP : T641202001
×

Angka   Kematian   Ibu   (AKI)   di   dunia   sebesar   289.000   jiwa,   hal   ini menggambarkan bahwa setiap hari 800 perempuan meninggal dunia, yang disebabkan oleh kehamilan dan proses persalinan. Menurut hasil survei demografi dan kependudukan  Indonesia, besar AKI adalah 359/100.000 kelahiran hidup, sementara menurut hasil survei penduduk antar sensus tahun 2015 AKI sebesar
305/100.000 kelahiran hidup. Angka ini merupakan angka tertinggi di Asia Tenggara. Salah satu faktor yang menyumbang angka kematian ibu adalah adanya kelompok kehamilan berisiko, maka dari itu perlu dilakukan deteksi dini adanya faktor risiko kehamilan secara proaktif pada semua ibu hamil, sejak awal kehamilan sampai melahirkan, baik oleh tenaga kesehatan maupun oleh masyarakat. Masyarakat dalam hal ini meliputi: kader kesehatan, PKK, dukun bayi, suami ibu hamil atau ibu hamil sendiri. Pemerintah Indonesia telah melaksanakan  berbagai  upaya untuk menurunkan  AKI, melalui pemberdayaan masyarakat dan mengikutsertakan masyarakat, salah satunya adalah kader kesehatan. Kader kesehatan adalah orang-orang yang berasal dari masyarakat setempat  yang secara sukarela berpartisipasi aktif dalam  mengidentifikasi dan memecahkan berbagai masalah kesehatan yang terjadi di wilayah desanya. Salah satu peran kader kesehatan dalam program kesehatan ibu dan anak (KIA) adalah melakukan deteksi dini masalah kesehatan ibu menggunakan Buku KIA. Maka dari itu perlu dikaji berbagai faktor yang memengaruhi kemampuan kader kesehatan, agar dapat dirumuskan model pemberdayaan kader kesehatan yang baik dan cocok untuk mengoptimalkan perannya dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan menurunkan AKI. Tujuan penelitian ini adalah terumuskannya model pemberdayaan kader kesehatan dalam deteksi dini dan pengelolaan faktor risiko kehamilan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, karena memiliki orisionaliitas pada: (1) tujuan penelitian, penelitian ini memadukan atau mengintegrasikan beberapa tujuan penelitian sebelumnya, (2) lingkup  variabel,  variabel  dalam  penelitian  ini  memiliki  dua  belas  variabel terukur, (3) analisis data penelitian-penelitian sebelumnya sebagian besar tidak menggungakan Path Analysis.
Desain penelitian ini adalah survei analitik dengan metode kuantitatif didukung informasi kualitatif, jenis penelitian eksplanatif, menggunakan pendekatan waktu cross-sectional. Populasi yaitu kader kesehatan aktif di 72 Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di wilayah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Pakem yang berjumlah 582 orang dan kader aktif di 38 Posyandu di

 

wilayah Puskesmas Depok II yang berjumlah 310 orang. Populasi seluruhnya sebanyak 892 kader.
Besar sampel sebanyak 269 kader aktif. Teknik sampling menggunakan multistage cluster random sampling. Variabel eksogen meliputi usia, sikap, pengalaman, motivasi, kompensasi, beban kerja, pendidikan dan pelatihan, supervisi, persepsi keseriusan dan persepsi manfaat. Variabel indogen meliputi kemampuan kader kesehatan   dalam deteksi dini faktor risko kehamilan dan kemampuan kader kesehatan dalam pengelolaan faktor risiko kehamilan
Instrumen penelitian menggunakan kuesioner, dalam bentuk skala Likert. Sementara  instrumen  untuk  memperoleh  informasi  kualitatif  adalah  peneliti sendiri dengan menggunakan panduan wawancara. Analisis data    menggunakan path analysis melalui tahapan: (1) spesifikasi model, (2) identifikasi model, (3) kesesuaian model, (4) estimasi parameter dan (5) respisifikasi model.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik kader kesehatan mayoritas berpendidikan SMA (58,00%) dan bekerja sebagai ibu rumah tangga (73,98%) Hasil  analisis  univariat  menunjukkan  bahwa  kader  kesehatan  paling  banyak berusia 32 – 44 tahun (42,75%) memiliki sikap dalam kategori cukup baik (68,40%), sebagian besar memiliki pengalaman selama 1 – 11 tahun (67,29%), motivasi  dalam  kategori  cukup  tinggi  (82,90%),  kompensasi  dalam  kategori kurang baik (21,19) dan tidak baik (76,95%), beban kerja cukup ringa (60,60%), pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti kurang baik (44,61%), supervisi dalam kategori kurang baik (39,80%) dan tidak baik (50,20%). persepsi tentang keseriusan mayoritas dalam kategori cukup baik (56,90%) dan persepsi tentang
manfaat sebagian besar dalam kategori cukup bai (59,50%). Kemampuan kader kesehatan dalam deteksi dini faktor risiko kehamilan, lebih dari setengah jumlah kader  kesehatan  dalam  kategori  cukup  baik  (59,48%),  sementara  kemampuan kader kesehatan dalam pengelolaan faktor risiko kehamilan sebagian besar masih dalam kategori kurang baik (47,60%) dan tidak baik (23,40%).
Kemampuan kader kesehatan dalam deteksi dini faktor risiko kehamilan, dalam penelitian ini adalah kemampuan kader kesehatan dalam mengenali faktor risiko kehamilan, mendata ibu hamil, mencatat ibu hamil, melaporkan ibu hamil dan melakukan rujukan ibu hamil. Sementara kemampuan kader kesehatan dalam pengelolaan faktor risiko kehamilan, adalah kemampuan kader kesehatan dalam mewujudkan misi promosi kesehatan ditinjau dari aspek: (1) advocating (advokasi), yaitu upaya kader kesehatan untuk mempengaruhi   kepala desa, Tim Penggerak PKK, tokoh masyarakat, pengusaha, LSM guna memperoleh dukungan
dalam menjalankan tugas sebagai kader kesehatan, (2) mediating (menjembatani), yaitu upaya yang dilakukan kader kesehatan untuk menjalin kerjasama dengan beberapa sektor untuk mencapai tujuan upaya kesehatan, (3) enabling (memampukan), yaitu upaya yang dilakukan kader kesehatan untuk meningkatkan keterampilan – keterampilan masyarakat di bidang kesehatan agar mereka mampu menjaga dan meningkatkan status kesehatan mereka secara mandiri.
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa semakin tinggi skor variabel independen  (eksogen):  usia,  sikap,  pengalaman,  motivasi,  kompensasi,  beban kerja, pendidikan dan pelatihan, supervisi, persepsi keseriusan dan persepsi manfaat, semakin tinggi kemampuan kader kesehatan dalam deteksi dini faktor

 

risiko kehamilan. Semakin tinggi skor variabel independen (eksogen): usia, sikap, pengalaman, motivasi, kompensasi, supervisi, kemampuan kader kesehatan dalam deteksi dini faktor risiko kehamilan, semakin tinggi kemampuan kader kesehatan dalam pengelolaan faktor risiko kehamilan.
Sementara hasil analisis jalur (path analysis) menunjukkan bahwa; terdapat pengaruh posisif langsung dan secara statistik signifikan, sikap, pengalaman, motivasi, kompensasi, beban kerja, pendidikan dan pelatihan, supervisi, persepsi keseriusan, persepsi manfaat terhadap kemampuan kader kesehatan dalam deteksi dini   faktor   risiko   kehamilan.   Setiap   peningkatan   satu   unit   sikap   akan meningkatkan kemampuan kader kesehatan dalam deteksi dini faktor risiko kehamilan  sebesar  0.58  unit  (b  =  0.58,  SE  =  0.11,  p  =  <  0.001).  Setiap peningkatan   satu   unit   pengalaman   akan   meningkatkan   kemampuan   kader kesehatan dalam deteksi dini faktor risiko kehamilan sebesar 0.38 unit    (b = 0.38, SE = 0.10, p = < 0>0.63 unit (b = 0.63, SE = 0.14, p = < 0 xss=removed xss=removed xss=removed xss=removed xss=removed xss=removed b  =  SE  =  p  =  xss=removed xss=removed xss=removed>0.73 unit (b = 0.73, SE = 0.16, p = < 0 xss=removed xss=removed xss=removed>Lebih   lanjut   terdapat   pengaruh   posisif   langsung   dan   secara   statistik signifikan, sikap, pengalaman, motivasi, supervisi, kompensasi dan kemampuan kader kesehatan dalam deteksi dini faktor risiko kehamilan terhadap kemampuan kader kesehatan dalam pengelolaan faktor risiko kehamilan. Setiap peningkatan satu   unit   sikap   akan   meningkatkan   kemampuan   kader   kesehatan   dalam pengelolaan  faktor  risiko kehamilan  sebesar  0.54  unit  (b = 0.54,  SE  = 0.12, p = <0>0.18 unit (b = 0.18, SE = 0.10, p = 0.079). Setiap peningkatan satu unit motivasi akan meningkatkan kemampuan kader kesehatan dalam pengelolaan faktor risiko kehamilan sebesar 0.36 unit (b = 0.36, SE = 0.15, p = 0.014). Setiap peningkatan satu unit kompensasi akan meningkatkan kemampuan kader kesehatan dalam pengelolaan  faktor  risiko kehamilan sebesar  0.64  unit  (b = 0.64,  SE  = 0.20, p = 0.001). Setiap peningkatan satu unit supervisi akan meningkatkan kemampuan kader  kesehatan  dalam  pengelolaan  faktor  risiko  kehamilan  sebesar  0.49  unit (b = 0.49, SE = 0.18, p = 0.008). Setiap peningkatan satu unit kemampuan kader

 

kesehatan dalam deteksi dini faktor risiko kehamilan akan meningkatkan kemampuan kader kesehatan dalam pengelolaan faktor risiko kehamilan sebesar
0.29 unit (b = 0.29, SE = 0.05, p = < 0>Sementara secara tidak langsung terdapat pengaruh positif dan signifikan usia terhadap kemampuan kader kesehatan dalam deteksi dini faktor risiko kehamilan maupun kemampuan kader kesehatan dalam pengelolaan faktor risiko kehamilan melalui pengalaman dan supervisi. Motivasi dan pengalaman melalui kompensasi. Setiap peningkatan satu unit usia akan meningkatkan pengalaman kader kesehatan sebesar 0.47 unit (b = 0.47, SE = 0.04, p = < 0 xss=removed xss=removed xss=removed>0.030).  Setiap  peningkatan satu  unit motivasi akan  meningkatkan kompensasi sebesar 0.09 unit (b = 0.09, SE = 0.04, p = 0.047). Setiap peningkatan satu unit pengalaman  akan  meningkatkan  kompensasi  sebesar  0.13  unit  (b  =  0.13, SE = 0.03, p = < 0>Hasil analisis jalur juga menunjukkan adanya goodness of fit measuree (pengukuran kecocokan model) bahwa didapatkan fit index (indeks kecocokan) CMIN  sebesar  1,49  dengan  nilai     p  =  0.52  >  0.05,  GFI  =  0.98  ?  0.90, AGFI = 0.93 ? 0,90, NFI = 0.93 ? 0.90, CFI = 0.97 ? 0.95, RMSEA = 0.04 ?
0.08. Hasil pengukuran ini dapat diartikan model empirik tersebut memenuhi kriteria yang ditentukan dan dinyatakan sesuai dengan data empirik.
Berdasarkan data diatas diperoleh empat masalah utama yaitu kompensasi, pendidikan dan pelatihan, supervisi serta kemampuan kader kesehatan dalam deteksi dini faktor risiko kehamilan yang masih dalam kategori kurang baik dan tidak baik. Maka dari itu rumusan model pemberdayaan kader kesehatan dalam deteksi dini dan pengelolaan faktor risiko hehamilan yang baik dapat dirumuskan dengan mempertahankan dan meningkatkan variabel yang sudah dalam kategori cukup baik dan baik dan memperbaiki variabel yang masih dalam kategori kurang baik dan tidak baik.
Pemberdayaan kader kesehatan dalam deteksi dini dan pengelolaan faktor risiko kehamilan sangat penting, akan tetapi kader kesehatan menjadi kurang berdaya bila kurang mendapatkan dukungan  dari  semua pihak, maka  dari  itu dukungan yang kuat dari pemerintah, swasta dan masyarakat serta stakeholder yang terdiri dari lintas sektor bidang kesehatan, kepala desa, badan permusyawaratan desa (BPD), tim penggerak pemberdayaan kesejahteraan keluarga (TP PKK), lembaga sosial/swadaya masyarakat, forum kesehatan desa (FKD), sangat diperlukan dalam pemberdayaan kader kesehatan. Dukungan dapat berupa berbagai sumber daya baik moril, materil, maupun finansial.
Nilai-nilai kebaruan dari hasil penelitian ini yaitu: (1) secara teoritis, teori PRECEDE-PROCEED, Theory of Planed Behavior dan Health Belif Model secara bersama-sama   dapat   digunakan   untuk   merumuskan   perencanaan   promosi kesehatan yang dilandasi dengan sikap individu dalam berperilaku, sebagai upaya untuk mengatasi adanya ancaman status kesehatan; (2) secara praktis, hasil yang diperoleh   dapat   digunakan   sebagai   bahan   masukan   kepada   para   penentu kebijakan, untuk merancang upaya peningkatan kemampuan kader kesehatan, dan upaya untuk menurunkan angka kematian ibu; (3) secara metodologis, metode penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan, dari berbagai aspek, utamanya dari

 

metode analisis data (Path Analysis). Hasil penelitian ini memunculkan perspektif baru  untuk  mengembangkan  wawasan,  dengan  melakukan  penelitian  lanjutan, salah  satunya  melakukan  uji  coba  model  penelitian  yang  dihasilkan  oleh penelitian ini; (4) pada bidang promosi kesehatan, terumuskankannya model pemberdayaan kader kesehatan ini, dapat memunculkan: (a) solusi baru, hasil penelitian ini memberikan solusi bahwa untuk meningkatkan kemampuan kader kesehatan   perlu   memperbaiki      pendidikan   dan   pelatihan,   supervisi   dan kompensasi untuk kader kesehatan, (b) strategi baru, rumusan model pemberdayaan ini dapat digunakan untuk meningkatkan sinergitas semua potensi bangsa, baik kader kesehatan, swasta, maupun pemerintah, sehingga lebih berhasilguna   dan   berdayaguna   dan   terwujud   tingkat   kesehatan   ibu   yang setingi-tingginya

×
Penulis Utama : Istri Yuliani
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : T641202001
Tahun : 2019
Judul : Model Pemberdayaan Kader Kesehatan dalam Deteksi Dini dan Pengelolaan Faktor Risiko Kehamilan
Edisi :
Imprint : Surakarta - Pascasarjana - 2019
Program Studi : S-3 Penyuluhan Pembangunan (Promosi Kesehatan)
Kolasi :
Sumber : UNS-Pascasarjana Prodi Pemberdayaan Masyarakat-T641202001-2019
Kata Kunci : Pemberdayaan Kader Kesehatan, Deteksi Dini, Faktor Risiko Kehamilan
Jenis Dokumen : Disertasi
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. Prof. Dr. Bhisma Murti dr; M.P.H; M.Sc; PhD
2. Prof. Dr.H.Endang Sutisna Sulaeman, dr, M.Kes
3. Prof. Dr. Tedjo Danudjo Oepomo, dr; SpOG (K)
Penguji :
Catatan Umum : Lamp unpublish
Fakultas : Sekolah Pascasarjana
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.