Penelitian  ini  dilatar  belakangi  adanya  gap  komunikasi  antara  atasan  dan bawahan di Balai Besar pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS)Yogyakarta.Data ini didapat peneliti saat melakukan interview awal. Penelitian ini melihat bagaimana komunikasi yang terjadi antara atasan dan bawahan di BBPPKS Yogyakarta. Data berdasarkan pengamatan dan interview mendalam dengan responden yang merupakan pimpinan dan karyawan.   Hasil temuan dianalisa dengan menggunakan pendekatan Uncertainty Reduction Theory/ TeoriMengurangi Ketidakpastian, dengan menggunakan empat indikator kerjasama dalam sebuah percakapan yakni kuantitas, kualitas, relevansi dan manner (Paul Grice).

Hasil penelitan, gap komunikasi terjadi karena faktor internal dan eksternal masing masing individu. Faktor internal seperti karakter personal, perbedaan persepsi, keengganan  berkomunikasi  dan  zona  nyaman  masing  masing  personal.  Sedangkan faktor eksternal adalah perbedaan budaya dan kredibilitas lawan bicara. Dalam melihat kuantitas peneliti membagi komunikasi menjadi komunikasi formal dan informal. Komunikasi formal dilakukan secara berkala maupun insidental, sedangkan komunikasi informal lebih bersifat insidential dan fleksibel. Dari sisi kualitas, komunikasi antara atasan dan bawahan dilihat berdasarkan isi dan pengemasan pesan. Relevansi dianalisa dengan melihat hubungan antara topik pembicaraan dengan masalah pekerjaan. Manner dianalisa  dengan  melihat  komunikasi  verbal  dan  non  verbal  yang  dipakai  masing masing individu saat komunikasi atau percakapan berlangsung.