Penulis Utama : Betha Wahyuningtyas
NIM / NIP : S641708003
×

Tingginya konsumsi yang diikuti rendahnya produksi membuat pemerintah harus mengimpor untuk mencukupi kebutuhan domestik setiap tahunnya. Bawang putih yang dihasilkan dalam negeri belum mampu bersaing dari segi harga dan kualitas umbi dengan bawang putih import, sehingga petani enggan untuk menanam bawang putih. Untuk bisa mencukupi kebutuhan bawang putih dalam negeri, pemerintah mengimpor bawang putih dari China. Bawang putih dari China mempunyai keunggulan tersendiri yaitu bentuk umbi besar, kulit luar putih bersih, isi umbi cenderung basah, dan padat serta bau yang sangat tajam, sehingga menjadi daya tarik tersendiri untuk masyarakat Indonesia.
Komoditi bawang putih adalah salah satu komoditi yang mempunyai peningkatan volume impor yang tinggi dibandingkan dengan produk pertanian yang lainnya. Sentra produksi bawang putih di Indonesia saat ini antara lain adalah Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Sumatera Barat, dan Jawa Timur. Provinsi Jawa Tengah sebagai daerah penghasil kedua setelah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kabupaten Karanganyar adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang menjadi sentra produksi dari bawang putih. Sebagai salah satu sentra bawang putih di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Karanganyar memiliki 4 kecamatan yang memproduksi bawang putih, yaitu Jatiyoso, Tawangmangu, Ngargoyoso, dan Jenawi.
Fluktuasi produksi bawang putih karena sifatnya yang musiman dan mudah rusak ditambah dengan belum meratanya penerapan inovasi budidaya bawang putih di tingkat petani dalam aplikasi pemakaian saprodi (benih, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja) yang tepat akan mempengaruhi hasil produksi bawang putih. Faktor kualitas (mutu) dan biaya yang bervariasi dalam kegiatan rantai pasok bawang putih merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada tingkat pendapatan yang pada akhirnya akan mempengaruhi keberlanjutan rantai pasok bawang putih di Kabupaten Karanganyar. Besarnya biaya yang harus ditanggung oleh masing-masing pelaku rantai pasok akan berpengaruh pada tingkat pendapatan yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi tingkat efisiensi masing-masing pelaku rantai pasok bawang putih.
Variasi jumlah biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing petani untuk memenuhi usahataninya meliputi biaya pembelian benih, pupuk, pestisida serta tenaga kerja dapat mempengaruhi produksi dan pendapatan yang pada akhirnya akan mempengaruhi besarnya efisiensi petani. Pada tingkat pedagang pengepul, biaya yang dikeluarkan meliputi biaya pembelian bawang putih, biaya bongkar muat, dan penjemuran serta biaya transportasi akan bervariasi berdasarkan jarak lokasi, mutu, dan waktu beli/jual bawang putih kepada rantai pasok selanjutnya.
Ketersediaan pasokan merupakan faktor yang paling penting dalam mempengaruhi kinerja rantai pasok bawang putih, karena tanpa adanya pasokan yang stabil dan rutin, kinerja rantai pasok bawang putih akan terganggu. Tujuan penelitian ini adalah (1) Menganalisis kondisi umum rantai pasok bawang putih di Kabupaten Karanganyar, (2) Menganalisis kinerja rantai pasok bawang putih di Kabupaten Karanganyar, (3) Menganalisis dan mengevaluasi efisiensi masing-masing pelaku rantai pasok bawang putih di Kabupaten Karanganyar.
Lokasi penelitian dilakukan secara sengaja atau purposive yaitu di Kabupaten Karanganyar, dengan pertimbangan: 1) Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu sentra bawang putih di Provinsi Jawa Tengah. 2) Sebagai salah satu sentra bawang putih di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Karanganyar merupakan daerah pengembangan bawang putih yang cukup potensial. Data yang digunakan ialah data primer dan sekunder. Teknik pengambilan sampel responden untuk petani dilakukan secara purposive sampling dan snowball sampling untuk lembaga rantai pasok. Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif dan kuantitatif. Kondisi umum rantai pasok diukur menggunakan pendekatan Food Supply Chain Networking, kinerja rantai pasok diukur dengan pendekatan analisis margin pemasaran, sedangkan efisiensi masing-masing pelaku rantai pasok diukur menggunakan Data Envelopment Analysis.
Berdasarkan hasil analisis menggunakan pendekatan FSCN dapat disimpulkan bahwa rantai pasok bawang putih di Kabupaten Karanganyar saat ini belum berjalan dengan baik. Kurangnya tenaga kerja dapat mempengaruhi secara teknis budidaya bawang putih. Pengukuran kinerja rantai pasok dilihat melalui nilai margin pemasaran dan farmer’s share. Pada penelitian ini nilai analisis margin pemasaran sudah dapat dikategorikan efisien, karena nilai farmer’s share pada semua saluran diatas 50 persen. Dilihat dari tingginya nilai farmer’s share dan rendahnya nilai margin pemasaran yang diperoleh saluran yang paling efisien, yaitu saluran 3. Pada saluran 3 nilai farmer’s share yang di dapat yaitu sebesar 84 persen dan nilai margin pemasaran yang diperoleh yaitu Rp. 2.400,00 per kilogram. Evaluasi efisiensi masing-masing pelaku rantai pasok, menunjukkan bahwa DMU petani sebanyak 26% dinyatakan belum efisien dan DMU pedagang pengecer sebanyak 100% dinyatakan sudah efisien.

×
Penulis Utama : Betha Wahyuningtyas
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : S641708003
Tahun : 2020
Judul : Kinerja Rantai Pasok Bawang Putih di Kabupaten Karanganyar
Edisi :
Imprint : Surakarta - Pascasarjana - 2020
Program Studi : S-2 Agribisnis
Kolasi :
Sumber : UNS-Pascasarjana Prog. Studi Manajemen Agribisnis-S641708003-2020
Kata Kunci : Bawang putih, rantai kinerja
Jenis Dokumen : Tesis
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. Dr. Ir. Kusnandar, M.Si
2. Sutrisno Hadi Purnomo, S.Pt., M.Si., Ph.D.
Penguji :
Catatan Umum : Lamp tidak tersedia
Fakultas : Sekolah Pascasarjana
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.