×
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan yang menjadi komoditas utama dalam mendukung ketahanan pangan di Indonesia. Tingkat produktivitas padi di Indonesia bisa di bilang naik turun dan cenderung rendah. Peningkatan penduduk setiap tahunnya membuat kebutuhan akan pangan semakin meningkat, namun hal ini belum didukung dengan hasil produktivitas padi yang rendah. Salah satu masalah yang dihadapi dalam budidaya padi di Indonesia adalah penyakit bercak daun cercospora atau disebut juga penyakit bercak daun sempit. Penyakit bercak daun sempit disebabkan oleh patogen Cercospora oryzae Miyake. Serangan patogen ini berakibat pada keringnya daun dan pelepah daun sebelum waktunya yang menyebabkan kerebahan tanaman sehingga terjadi penurunan hasil tanaman. Pengendalian dengan fungisida apabila dilakukan dalam jangka waktu yang panjang maka akan berbahaya bagi lingkungan maupun manusia. Oleh karena itu, perlu dikembangkan upaya pengendalian patogen penyebab penyakit pada padi yang ramah bagi manusia dan lingkungan. Salah satunya yakni dengan memanfaatkan agens hayati yang mempunyai sifat antagonis bagi patogen. Agens hayati yang digunakan adalah Bacillus. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji daya hambat Bacillus yang diperoleh dari isolasi daun padi yang sehat dari lapangan terhadap C. oryzae secara in vitro maupun in vivo.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Palur, Sukoharjo dan rumah kaca FP UNS Surakarta. Penelitian berlangsung pada bulan Sepetember 2016 – Juni 2017. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan uji Anova. Apabila berpengaruh nyata maka dilanjutkan dengan DMRT 5%. Hambatan pertumbuhan uji in vitro dihitung dengan perhitungan jari-jari koloni menjauhi antagonis dikurangi jari-jari koloni mendekati antagonis dibagi dengan jari-jari koloni menjauhi antagonis dikalikan 100%. Pengamatan waktu inkubasi (munculnya gejala) C. oryzae dilakukan pada tanaman padi yang telah diberi perlakuan dan diamati setiap hari. Pengamatan daun terinfeksi dan luas bercak dilakukan setiap 3 hari sekali. Luas bercak dihitung dengan menggunakan millimeter grid pada daun yang bergejala. Sedangkan besarnya laju infeksi dan indeks penyakit dihitung menggunakan data luas bercak yang diperoleh dari hasil pengamatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolat Bacillus yang didapatkan dari lapangan berjumlah 5 isolat, terdiri dari 1 isolat dari daun, 3 isolat dari batang dan 1 isolat dari pelepah daun. Perlakuan yang menunjukkan daya hambat paling tinggi terhadap C. oryzae pada uji in vitro adalah BAN2 yakni sebesar 16,67%, serta yang paling rendah adalah perlakuan BAN3 sebesar 12,22%. Pengujian in vivo antagonisme Bacillus yang menunjukkan potensi antagonis yang paling baik dalam menekan C. oryzae adalah perlakuan BAN4. Perlakuan BAN4 memiliki luas bercak terkecil yaitu 0,51 mm2, laju infeksi terendah yakni 0,02 mm2/hari dan memiliki indeks penyakit terendah yaitu 3,37%