Penulis Utama : Ancella Soenardi Sudartan
NIM / NIP : S201402001
×

Abstrak
Latar Belakang :  Infeksi Menular Seksual (IMS) dan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) memiliki epidemiological synergy. Prevalensi dan distribusi dari IMS dan infeksi HIV ditentukan oleh peran kompleks  dari berbagai faktor risiko seperti faktor demografik, sosial, perilaku seksual dan perilaku kesehatan yang berisiko. Dengan mengetahui faktor risiko ini, dapat dirancang intervensi untuk pencegahan penyebaran IMS dan infeksi HIV lebih lanjut. Berdasarkan tinjauan terhadap data dari Dinas Kesehatan Surakarta di tahun 2015 dan 2016, jumlah layanan IMS dan HIV pada kelompok Lelaki Seks dengan Lelaki (LSL) dan transgender di Surakarta hanya sedikit dan lebih berfokus pada layanan HIV secara berkala.
Tujuan : Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi faktor –faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya IMS dan infeksi HIV pada LSL dan transgender  di Kota Surakarta, sekaligus untuk mengetahui estimasi prevalensi IMS dan infeksi HIV serta hubungan antara IMS dan infeksi HIV pada LSL dan transgender di Kota Surakarta.
Metode : Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan studi cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 190 subjek dengan teknik cluster sampling. Analisis data dilakukan menggunakan analisis jalur dengan structural equation modelling dan multivariat dengan metode regresi logistik ganda, yang kemudian dianalisis secara deskriptif, disajikan dalam bentuk narasi.
Hasil : Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara faktor sosiodemografik (korelasi= -0,54) dan perilaku seksual (korelasi = 0,28) terhadap terjadinya IMS. Faktor sosiodemografik yang paling berperan adalah belum menikah dan berpendidikan rendah. Terdapat hubungan yang bermakna antara faktor sosiodemografik (-0,84) terutama penggunaan sosial media (OR =10,3), perilaku kesehatan yang berisiko terutama penggunaan obat-obatan terlarang (OR=6,1), perilaku seksual (korelasi= 0,31) terutama adanya riwayat IMS sebelumnya (OR=4,1) terhadap infeksi HIV. Posisi saat berhubungan seksual terutama lebih sering sebagai bottom berisiko 4 kali lipat untuk menderita sifilis (p=0,036). Usia 25-34 tahun memiliki risiko 3,8 kali untuk menderita kondiloma akuminata(KA) (p=0,041). Riwayat penggunaan obat-obatan terlarang memiliki risiko 7 kali untuk menderita KA (p=0,005). Riwayat IMS sebelumnya  berisiko 4 kali (p=0,041) untuk terjadinya proktitis non spesifik. Prevalensi IMS pada penelitian ini adalah 35,3% (sifilis 20,5%, KA 13,1% dan proktitis non spesifik (7,4%), sedangkan prevalensi infeksi HIV adalah 34%. Infeksi menular seksual memiliki risiko 2,397 kali untuk menderita infeksi HIV (p=0,005). Penderita KA memiliki risiko 5,180 kali untuk terkena infeksi HIV (p=0,000).
Kesimpulan: Prevalensi IMS dan infeksi HIV di kota Surakarta masih tinggi. Faktor sosiodemografik terutama belum menikah dan berpendidikan rendah mempengaruhi perilaku seksual sehingga dapat meningkatkan terjadinya IMS dan infeksi HIV. Sosial media berperan penting dalam terjadinya infeksi HIV. Pada kasus IMS terutama KA berisiko tinggi untuk terjadinya infeksi HIV.
Saran : Edukasi pada kelompok LSL dan transgender berfokus pada yang berpendidikan rendah dan belum menikah, penggunaan sosial media dalam mencari pasangan, serta menggalakkan skrining IMS secara berkala dalam mengurangi risiko infeksi HIV dan memutus rantai penularan HIV IMS.
Kata kunci : Faktor sosiodemografik, faktor perilaku seksual, faktor perilaku kesehatan yang berisiko, IMS, infeksi HIV

 

Abstact
Background :  There is an epidemiological synergy between sexually transmitted infections (STIs) and Human Immunodeficiency Virus (HIV) infections. The prevalence and distribution of STIs and HIV infection is determined by the complex role of various risk factors such as demographic, social, sexual behavior and health behaviors at risk. By knowing these risk factors, interventions can be designed to prevent the spread of STIs and further HIV infections. Based on a review of data from the Surakarta Health Office in 2015 and 2016, the number of STI and HIV services in the group of Male Sex with Men (MSM) and transgender in Surakarta is few and more focused on HIV services on a regular basis.
Objective: The study was conducted to identify risk factors affecting STI and HIV infection in MSM and transgender in Surakarta City, to estimate the prevalence of STI and HIV infection suffered by MSM and transgender in Surakarta City as well as to identify the relationship between STI and HIV infection.
Method: This was an observational analytic with cross sectional study. The number of samples were 190 subjects with cluster sampling technique. The data were analyzed by univariate, bivariate with chi square test, multivariate with multiple logistic regression method, path analysis with structural equation modeling and descriptive analysis, presented in narrative form.
Results: The result showed that there was significant correlation between sociodemographic factor (correlation = -0,54) and sexual behavior (correlation = 0,28) to STI. The most important sociodemographic factor is single and low education. There is a significant relationship between sociodemographic factor (-0.84) mainly social media usage (OR = 10,3), risky health behavior especially drug abuse (OR = 6,1) and sexual behavior (correlation = 0, 31) in particular history of previous STIs (OR = 4.1) against HIV infection. Sexual positions especially frequenting as bottom has a fourfold higher risk for syphilis (p = 0.036). Age 25-34 years and history of drug abuse is 3.8 times and 7 times more likely to suffer condyloma akuminata (CA) respectively (p = 0.041 and p= 0,005). Previous STI history was 4 times (p = 0.041) as likely to have non-specific proctitis. The prevalence of STI in this study was 35.3% (syphilis 20.5%, CA 13.1% and non-specific proctitis 7.4%), while the prevalence of HIV infection was 34% . Sexually transmitted infections had a risk of 2,397 times to suffer HIV infection (p = 0.005). Patients with CA had a risk of 5,180 times for HIV infection (p = 0.000).
Conclusion: STI and HIV infection prevalence in Surakarta city are still high. Sociodemographic factors, especially single and less educated, influence sexual behavior that can increase the occurrence of STIs and HIV infection. Social media plays an important role in the occurrence of HIV infection. Cases of STIs are especially high risk for HIV infection.
Suggestions: Education for MSM and transgender focuses on the less educated and single groups, the use of social media to search for partners, and promotes regular STI screening to reduce risk of HIV infection and break the chains of HIV and STI transmission.
Keywords: HIV infection, risky health behavior factors, STIs, sexual behavior factors, Sociodemographic factors.

 

×
Penulis Utama : Ancella Soenardi Sudartan
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : S201402001
Tahun : 2017
Judul : Pengaruh Faktor Risiko Terhadap Prevalensi Infeksi Menluar Seksual Dan Infeksi HIV Pada Lelaki Seks Dengan Lelaki Dan Transgender Di Surakarta
Edisi :
Imprint : Surakarta - Pascasarjana - 2017
Program Studi : PPDS Penyakit Kulit dan Kelamin
Kolasi :
Sumber : Prog. Studi Magister UNS-Fak.Kedokteran-Jur. Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin-S201402001-2017
Kata Kunci :
Jenis Dokumen : Tesis
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. dr. Endra Yustin,M.Sc,Sp.KK
2. Prof. Dr. dr. Harijono Kariosentono,Sp.KK(K)
Penguji :
Catatan Umum :
Fakultas : Sekolah Pascasarjana
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.