×
Keberadaan vape menjadi sebuah fenomena baru bagi pecinta rokok di Indonesia. Vape diharapkan menjadi sarana untuk membantu membebaskan seseorang dari kecanduan rokok tembakau/kretek, mengingat jumlah perokok yang meningkat tiap tahunnya. Namun yang menjadi persoalannya adalah bahwa meningkatnya jumlah pengguna vape, ternyata tidak dibarengi dengan menurunnya jumlah perokok tembakau. Pada tahun 2017 saja, dari 260 juta lebih penduduk Indonesia, 36% diantaranya merupakan konsumen rokok, dan angka tersebut terus mengalami peningkatan tiap tahunnya (BPS, 2017). Hal ini terjadi karena adanya perbedaan tujuan awal keberadaan vape dengan realita yang terjadi hari ini, dimana konsumsi vape tidak lagi hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan hidup atau solusi atas rokok kretek, melainkan telah menjadi salah satu gaya hidup. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana hiperrealitas gaya hidup konsumtif vapers di Kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini dilakukan di Kota Yogyakarta, dan pengumpulan data dengan melakukan wawancara terhadap vapers, observasi lokasi tempat ngevape, dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang hiperrealitas dan gaya hidup. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik vapers di bagi dua, yaitu secara demografis dan sosial. Secara demografis karakteristik vapers adalah pria dan wanita, dengan usia 20 – 30 tahun, terdiri dari yang sudah bekerja dan masih kuliah. Adapun untuk karakteristik sosial, dilihat dari dua segi, yaitu alasan dan perilaku. Dari segi alasan yaitu alternatif rokok, hobi, ikut-ikutan dan bisnis. Dari segi perilaku yaitu ikut komunitas, tidak ikut komunitas, merokok kretek dan tidak merokok kretek. Hasil lain menunjukkan bahwa vape menjadi gaya hidup baru bagi vapers. Ada dua faktor yang mendukung hal tersebut, yaitu internal dan eksternal. Faktor internalnya adalah adanya keinginan mengikuti perkembangan zaman, serta adanya anggapan vapers bahwa vape lebih baik dari rokok konvensional. Faktor eksternalnya adalah bahwa kebutuhan untuk mengkonsumsi vape di Yogyakarta sangat dimudahkan dengan banyaknya vapestore yang tersedia, dan juga adanya komunitas-komunitas yang bergerak dalam dunia vape di Kota Yogyakarta. Saat ini vape tidak lagi sebatas barang konsumsi biasa, melainkan telah menjadi gaya hidup yang harus terpenuhi. Konsumsi vape yang dilakukan oleh vapers, tidak hanya dilakukan terhadap barangnya (vape) saja, akan tetapi juga simbol atau tanda yang melekat pada vape tersebut. Dampak dari penggunaan vape ada dua, yaitu positif dan negatif. Dampak positifnya adalah vapers merasa dapat menambah teman baru dan juga lebih sehat dari rokok kretek. Sedangkan dampak negatifnya adalah berpotensi menjadi kecanduan dan boros, dan juga tetap berpotensi membahayakan kesehatan karena kandungan kimia pada liquid sangat mungkin dicampur dengan zat-zat berbahaya lainnya.
Kata Kunci: Gaya Hidup, Hiperrealitas, Konsumsi, Vape, Vapers.