×
Media mempunyai cara tersendiri dalam menanggapi suatu isu atau peristiwa, karena media mempunyai kekuatan mengkonstruksi realitas. Media massa dalam menyajikan berita akan menimbulkan berbagai sudut pandang mengikuti tata bahasa atau gaya bahasa yang digunakan oleh media tersebut. Peristiwa unjuk rasa yang bernama Aksi Bela Islam menjadi perbincangan hangat di masyarakat pada akhir tahun lalu. Aksi tersebut di latar belakangi terkait kasus penistaan agama yang menjerat Mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Media massa turut serta menyoroti kasus tersebut dalam bentuk berita maupun opini media itu sendiri.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana wacana yang muncul pada Surat Kabar Kompas dan Surat Kabar Republika terkait Aksi Bela Islam Jilid I-Jilid III melalui representasi aktor sosialnya, dalam hal ini para peserta unjuk rasa. Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan menggunakan metode analisis wacana model Theo Van Leeuwen. Model analisis Theo Van Leeuwen digunakan untuk meneliti bagaimana suatu kelompok atau aktor sosial ditampilkan posisinya dalam suatu media. Melalui strategi eksklusi dan inklusi perilaku atau tindakan dari aktor sosial, dapat membentuk sebuah wacana
Melalui analisis wacana, maka dapat disimpulkan bahwa Kompas dan Republika memiliki pandangan yang berbeda dalam menganggap suatu isu permasalahan yang sama. Kompas memandang pengunjuk rasa sebagai penyebab kericuhan sekaligus sebagai pihak yang dimarjinalkan. Sedangkan Republika lebih memperjuangkan kelompok pengunjuk rasa sebagai pihak yang terpandang, Pemilihan fakta juga dilakukan oleh masing-masing media dalam menyusun sebuah pemberitaan yang disesuaikan dengan kebijakan redaksional sekaligus bertujuan untuk mewacanakan Aksi Bela Islam melalui pengunjuk rasa.
Kata Kunci: Berita, Konstruksi Sosial, Aktor Sosial, Analisis Wacana, Aksi Bela Islam