Latar belakang kepengarangan seorang penyair pasti meninggalkan makna dalam karya-karyanya. Kriapur adalah sosok penyair berbakat. Kriapur menciptakan karya-karya dengan tema Kematian. Puisi kematian Kriapur penuh dengan tanda dan makna. Penelitian ini mengkaji makna kematian pada teks puisi Kriapur  yang  berjudul  “Requim  Senen”  (1987),  “Kupahat  Mayatku  Di  Air” (1981) dan “Berpikir Tentang Maut” (1983). Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah bentuk ketidaklangsungan makna dalam ketiga puisi Kriapur. (2) Bagaimana Kriapur mengungkapkan makna dalam ketiga puisi Kriapur.

Tujuan  penelitian  ini  adalah  (1)  mendiskripsikan  konsep ketidaklangsungan dan makna kematian puisi “Kupahat Mayatku Di Air” (1981), “Berfikir Tentang Maut” (1983), dan “Requim Senen” (1987)   karya Kriapur dengan unsur-unsur pembacaan heuristik, dan hermeneutik, hipogram, serta matriks. (2) Mendeskripsikan ungkapan makna puisi “Kupahat Mayatku Di Air” (1981), “Berfikir Tentang Maut” (1983), dan “Requim Senen” (1987) karya Kriapur.

Penelitin ini termasuk penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Ketiga puisi ini banyak ditemukan idiom-idim kematian seperti mati, kuburan, luka, mayat,  darah,  hancur,  membusuk  dan  sebagainya.  Sumber  data  penelitian  ini adalah teks puisi dan dokumen berupa tulisan-tulisan tentang karya-karya Kriapur. Metode pengumpulan data penelitian ini adalah membaca dan mencatat. Metode analisis data pada penelitian ini dengan pembacaan heuristik dan hermeneutik, hipogram, dan matriks. Penyajian hasil interpretasi menunjukkan bahwa ketiga puisi ini mampu mewakili makna kematian yang diungkapkan dengan kekhawatiran dan sebuah harapan terhadap kematian itu sendiri.

Kata kunci: puisi, kematian, semiotik