Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) model pembelajaran yang lebih efektif antara thinking actively in a social context, creative problem solving, dan direct instruction terhadap kemampuan berpikir divergen; 2) adversity quotient yang lebih baik antara tipe climbers, campers, atau quitters terhadap kemampuan berpikir divergen; 3) tiap-tiap adversity quotient yang lebih baik meningkatkan kemampuan berpikir divergen pada tiap-tiap model pembelajaran; dan 4) tiap-tiap model pembelajaran yang lebih baik meningkatkan kemampuan berpikir divergen pada tiap-tiap adversity quotient.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif eksperimen semu. Sampel penelitian ini yaitu siswa kelas V di sembilan SD Negeri di Kecamatan Laweyan, Surakarta tahun ajaran 2019/2020. Pengambilan sampel menggunakan teknik stratified cluster random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan tes kemampuan berpikir divergen dan angket adversity quotient (climber atau seseorang yang mampu menyelesaikan masalah hingga akhir, camper atau seseorang yang tidak bisa menghadapi resiko besar, dan quitter atau seseorang yang menghindar dari masalah). Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif, uji hipotesis, dan uji komparasi ganda.
Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa: 1) model pembelajaran thinking actively in a social context lebih efektif daripada creative problem solving dan direct instruction, serta creative problem solving lebih efektif daripada direct instruction terhadap kemampuan berpikir divergen; 2) peserta didik tipe climbers mempunyai kemampuan berpikir divergen lebih baik daripada tipe campers dan quitters, serta peserta didik tipe campers mempunyai kemampuan berpikir divergen lebih baik daripada tipe quitters; 3) pada adversity quotient tipe climbers dan quitter, model pembelajaran thinking actively in a social context sama efektifnya dengan creative problem solving, namun lebih baik daripada direct instruction terhadap kemampuan berpikir divergen, pada adversity quotient tipe campers, model pembelajaran thinking actively in a social context lebih efektif daripada creative problem solving dan direct instruction, serta pada setiap adversity quotient, model pembelajaran creative problem solving lebih efektif daripada direct instruction terhadap kemampuan berpikir divergen; dan 4) pada setiap model pembelajaran, peserta didik tipe climbers memiliki kemampuan berpikir divergen lebih baik daripada campers dan quitter, serta peserta didik tipe campers memiliki kemampuan berpikir divergen yang sama baiknya dengan quitters.

<!--[if gte mso 9]><xml> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> Normal 0 false false false EN-US X-NONE AR-SA </xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> </xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]> <style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt; mso-para-margin-top:0cm; mso-para-margin-right:0cm; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri",sans-serif; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:Arial; mso-bidi-theme-font:minor-bidi;} </style> <![endif]-->Kata kunci: model pembelajaran, kemampuan berpikir divergen, adversity quotient