Latar belakang: Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbanyak setelah katarak di seluruh dunia. Kebutaan akibat glaukoma bersifat permanen. Peningkatan tekanan intraokuler secara konsisten pada mata tanpa disertai kerusakan saraf optik dan hilangnya lapang pandang disebut hipertensi okular, sehingga pasien diobservasi lebih lanjut sebagai suspek glaukoma. Oleh karena itu pengukuran tekanan intraokuler dan mencari faktor risiko dari glaukoma penting dilakukan. Pada glaukoma primer sudut terbuka, mekanisme peningkatan tekanan intraokuler masih belum jelas, namun beberapa penelitian menunjukkan faktor risiko pada mata diantaranya adalah ketebalan lapisan serat saraf dan miopia Dikatakan bahwa pada penderita miopia, tekanan intraokuler mempunyai keterkaitan yang cenderung meninggi sesuai tingkat keparahan miopia.
Metode penelitian: Jenis penelitian yang digunakan adalah analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Subyek penelitian adalah 60 siswa dari populasi kelas III, IV, dan V SDN Cemara 02 Surakarta yang dipilih melalui teknik consecutive sampling. Data dianalisis menggunakan uji statistik Mann-Whitney dengan program Statistical Package for Social Sciences 16.0 (SPSS 16.0) for Windows.
Hasil penelitian: Hasil analisis data menggunakan uji Mann Whitney U pada mata kanan didapatkan rerata tekanan intraokuler pada sampel emetropia yaitu 15,25 ± 2,38 mmHg dan mata miopia yaitu 18,54 ± 4,12 mmHg dimana didapatkan nilai p = 0,001 (p<0 xss=removed>

Simpulan penelitian: Terdapat perbedaan tekanan intraokuler yang bermakna secara statistik antara mata miopia dan mata emetropia pada siswa Sekolah Dasar Negeri Cemara 02 Surakarta.

Kata kunci: Tekanan Intraokuler, miopia, emetropia, siswa Sekolah Dasar.