Latar Belakang: Pada tahun 2018, Banda Aceh sebagai ibu kota provinsi Aceh tercatat sebagai daerah tertinggi jumlah pasien difteri diantara 13 kabupaten lainnya. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah menetapkan tujuh pedoman pencegahan dan pengendalian difteri guna menanggulangi KLB difteri. Dokter puskesmas sebagai lini depan pelayanan primer memiliki peran penting dalam menanggulangi KLB difteri.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi implementasi pedoman pencegahan difteri oleh dokter puskesmas di Kota Banda Aceh. Selain itu juga untuk mengetahui kendala apa saja yang ditemukan dokter puskesmas dalam menerapkan pedoman pencegahan difteri.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif multiple case study. Data dikumpulkan dengan melakukan wawancara mendalam (in depth interview) dengan dokter pada lima puskesmas sampel. Data hasil wawancara di verifikasi dengan menggunakan metode triangulasi sumber dan teknik pada dinas kesehatan dan rumah sakit pemerintah di Kota Banda Aceh.
Hasil: Peran dokter puskesmas dalam upaya pencegahan difteri belum maksimal. Dokter belum sepenuhnya menerapkan prinsip kedokteran keluarga yaitu kontinuitas, koordinasi, dan komprehensif, akibatnya dokter belum mampu mengimplementasikan strategi yang tepat dalam tindakan pencegahan difteri di wilayah kerjanya. Dokter juga belum dapat menerapkan prinsip manajerial yang baik dalam mengawasi kinerja tim penanggulangan difteri. Keterbatasan sumber daya manusia dan  fasilitas  penunjang turut menghambat tindakan penanggulangan difteri.
Kesimpulan: Dokter puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan primer telah berusaha maksimal dalam upaya pencegahan difteri di Kota Banda Aceh. Peran dokter puskesmas dapat lebih dimaksimalkan lagi dengan melaksanakan prinsip kedokteran keluarga yaitu pelayanan kedokteran secara menyeluruh atau holistik, sehingga dokter mengetahui seluruh aspek kehidupan warganya baik di kala sehat ataupun sakit.