ABSTRAK
 
Sektor Industri Otomotif telah disepakati oleh Indonesia dan Jepang sebagai salah satu sektor yang menjadi prioritas di dalam Kesepakatan Indonesia - Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA), baik Indonesia maupun Jepang terlihat sama-sama memiliki kepentingan yang besar di dalam sektor Industri Otomotif. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengevaluasi kerugian dan keuntungan yang telah didapatkan oleh pihak Indonesia dari kerjasama yang terdapat dalam kesepakatan IJEPA.  Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan studi pustaka. Analisis data terdiri dari tahap mengumpulkan data, pengkategorian data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Kerangka konseptual yang digunakan di dalam penelitian ini adalah Konsep Issue Linkage, Konsep Global Value Chain (GVC) serta Konsep Global Commodity Chain (GCC). Penelitian ini menghasilkan bahwa Indonesia - Japan Economic Partnership Agreement belum berhasil memberikan hasil keuntungan yang optimal dan setara bagi pihak Indonesia khususnya dalam sektor yang terkait industri otomotif. Dalam sektor otomotif, skema USDFS tidak hanya membuat Indonesia mengalami kerugian berupa penurunan pendapatan akibat pembebasan tarif bea masuk terhadap sejumlah produk impor dan bahan baku dari Jepang, namun juga terdapat beberapa keputusan dan kebijakan yang justru terkesan kontradiktif dengan poin–poin dari tujuan awal kerjasama IJEPA bagi Indonesia, yang berpeluang untuk mereduksi dan bahkan menghambat fungsi yang sedang dikerjakan oleh program MIDEC, yaitu; mendorong pembangunan kapasitas (capacity building) dan peningkatan daya saing sektor industri manufaktur otomotif dalam negeri yang turut mencakup penyerapan tenaga lokal, peningkatan kualitas SDM dan transfer IPTEK bagi pihak Indonesia.
 
Kata kunci : IJEPA, Industri Otomotif, Pembangunan Kapasitas, Peningkatan Daya Saing, Kontradiktif, USDFS, MIDEC