×
Karet merupakan salah satu komoditas ekspor yang dimiliki oleh Indonesia. Brown Crepe merupakan salah satu olahan karet yang cukup banyak diminati oleh perusahaan industri seperti ban. Salah satu perusahaan yang memproduksi Brown Crepe di Jawa Tengah adalah PT. Perkebunan Nusantara IX Batu Jamus. Kualitas Brown Crepe di PTPN IX Batu Jamus belakangan ini mulai menunjukkan tingkat kerusakan yang cukup serius karena adanya hasil produk dengan kerusakan yang cukup tinggi dalam satu kali proses produksi sehingga menyebabkan kualitas Brown Crepe menurun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis kerusakan, kerusakan dominan, faktor-faktor penyebab, batas kendali dan usulan tindakan perbaikan kerusakan produk Brown Crepe. Metode dasar penelitian adalah deskriptif analitis. Metode penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive di PTPN IX Batu Jamus di Kelurahan Kuto, Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar. Metode penentuan key informant dilakukan dengan purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Analisis data menggunakan metode Statistical Quality Control (SQC) dengan alat analisis (1) checksheet untuk mengidentifikasi jenis kerusakan produk Brown Crepe, (2) Diagram pareto untuk mengetahui urutan prioritas perbaikan, (3) Diagram sebab akibat untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kerusakan, (4) ?-chart dan R-chart mengetahui batas toleransi variabel yang mengakibatkan kerusakan sehingga dapat dirumuskan usulan tindakan perbaikan yang dapat diterapkan PT. Perkebunan Nusantara IX Batu Jamus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kerusakan produk Brown Crepe yaitu Brown Crepe dengan lembaran kotor sebanyak 3.354 Kg atau 51% dan Brown Crepe rontok sebanyak 1.311 Kg atau 19,9% dimana kedua jenis kerusakan tersebut merupakan kerusakan dominan yang harus segera diselesaikan dalam waktu dekat, sedangkan White Spot sebanyak 982 atau 14,9% dan Brown Crepe pudar sebanyak 927 atau 14,1 % tidak menjadi kerusakan yang dominan. Setelah dilakukan analisis diagram fishbone dapat diketahui bahwa variabel yang berpengaruh terhadap kedua jenis kerusakan tersebut adalah suhu sehingga perlu dilakukan analisis peta kendali untuk mengendalikan kondisi suhu. Analisis ?-chart terhadap suhu ditemukan batas toleransi sebesar 37,420Celsius; nilai UCL sebesar 39,220Celsius; dan nilai LCL sebesar 35,620Celsius setelah melalui tahap revisi peta kendali sehingga semua titik suhu berada di dalam batas kendali dan untuk R-chart terhadap suhu ditemukan batas toleransi sebesar 2,52: nilai UCL sebesar 5,75: dan LCL sebesar 0 sehingga titik- titik range tersebut berada di dalam batas kendali. Usulan tindakan perbaikan terhadap kerusakan yang dominan yaitu Brown Crepe kotor dan Brown Crepe rontok dari faktor manusia dengan melakukan pengawasan, pengecekan dan evaluasi langsung terhadap karyawan, memberikan pendampingan selama masa percobaan kepada karyawan training; faktor mesin dengan melakukan pengecekan terhadap mesin dan suhu serta menciptakan standar pengamatan suhu; faktor bahan baku dengan melakukan pembersihan alat sadap dan melakukan peremajaan pada tanaman karet yang sudah tua serta pengklasifikasian tanaman karet yang masih produktif dan yang tidak.