Penulis Utama : Agus Efendi
NIM / NIP : T151402001
×

Ringkasan

Agus Efendi: T151402001.2018 Resistensi dhalang Ruwat terhadap Hegemoni dhalang trah dalam ruwatan Murwakala wilayah Surakarta dan sekitarnya. Promotor Utama: Prof. Dr. Andrik Purwasito, DEA, Ko-Promotor 1 Prof. Dr. Bani Sudardi, M.Hum, Ko-Promotor 2 Prof. Dr. Wakit Abdullah, M. Hum. Disertasi. Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian disertasi “Resistensi dhalang Ruwat terhadap Hegemoni dhalang trah dalam ruwatan Murwakala wilayah Surakarta dan sekitarnya” ini membahas tradisi upacara ruwatan dengan pagelaran wayang kulit lakon Murwakala dari sisi hegemoni, resistensi dan beberapa faktor penyebab menurunnya pertunjukkan ruwatan Murwakala. Latar belakang masalah: a.Tradisi upacara ruwatan dengan pagelaran wayang kulit lakon Murwakala yang merupakan bagian dari kekayaan budaya yang masih bertahan saat ini. b. Masyarakat Jawa sedang menghadapi sebuah kondisi dilematis pada aspek ritus kebudayaannya yang dijadikan ajang perebutan massa secara ideologis. Masing-masing ideologi memiliki strategi-strategi resistensi yang digunakan untuk membangun kesadaran masyarakat Jawa yang terhegemoni dalam upaya menentang praktik-praktik kuasa (counter-hegemony) yang telah mengakar di dalamnya. Upaya membahas problematika dan mengungkap gejala fenomena kultural yang muncul dalam pertunjukan ruwatan dengan pagelaran wayang kulit lakon Murwakala diperlukan rumusan masalah yang lebih spesifik: (1) Bagaimanakah bentuk-bentuk hegemoni?. (2) Bagaimanakah resistensi terhadap hegemoni dhalang trah? (3). Mengapa pertunjukkan upacara ruwatan dengan media wayang kulit terjadi penurunan?.
Tujuan penelitian ini adalah: (1). Mengkaji bentuk-bentuk hegemoni oleh dhalang trah yang tanpa disadari telah melekat pada ritus upacara ruwatan Murwakala. Peristiwa ini di dalam masyarakat Jawa sudah berlangsung secara turun temurun mengingat yang berhak me-ruwat hanyalah dhalang yang secara genealogi adalah keturunan Ki Panjangmas. Dengan menyandang status sebagai dhalang trah tersebut, tentu dapat dengan mudah mendapatkan akses me-ruwat dari segi sosial maupun dari segi budaya. Menurut pandangan tersebut, pada bab ini akan membahas dinamika hegemoni budaya yang melekat pada objek material tersebut. (2). Menginterpretasi dinamika resistensi terhadap hegemoni dhalang trah ruwatan. Tujuan ini merupakan reaksi alami yang berwujud perlawanan (counter-hegemony) atas bentuk-bentuk hegemoni yang ditemukan dalam tradisi ruwatan di Surakarta dan sekitarnya. Tentu dalam sebuah hegemoni pasti terdapat sebuah resistensi atau perlawanan. Perlawanan yang dilakukan oleh pihak yang terhegemoni tersebut memberikan sebuah potensi transformasi disertai dengan dinamikanya dari pihak dhalang non keturunan secara internal dan dinamika secara eksternal. (3). Menganalisis implikasi atas faktor penurunan pertunjukkan upacara ruwatan dengan media wayang kulit. Analisis pada tahap ini menjadi penting karena untuk menemukan faktor faktor  yang menjadi sebab ruwatan dengan menggunakan media wayang kulit mengalami penurunan dalam pementasannya. Serta implikasinya yang digunakan sebagai dasar acuan untuk menentukan sebuah kebijakan dalam hal pelestarian tradisi ruwatan yang menggunakan media wayang kulit. Teori pokok yang digunakan adalah teori Resistensi, Hegemoni dan menggunakan teori semiotik, hermeneutik dan teori perubahan sosial. Bentuk penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Bentuk kualitatif yang mampu memberi rincian yang kompleks tentang fenomena tentang hegemoni dan resistensi dalam ruwatan Murwakala.
Hasil penelitian ini mendeskripsikan cerita Murwakala, yang diawali dari lahirnya Bathara Kala sampai pada kisah dewa Wisnu yang menyamar menjadi Dhalang Kandha Buwana dan bisa menolong orang-orang yang masuk kategori golongan sukerta sekaligus me-ruwat Bathara Kala. Selanjutnya juga akan dijelaskan tentang Perlengkapan Upacara (wayang, Gamelan, Sajian/ sajen, Dhalang Ruwat, Mantra/ Mantram, Sukerta, Jalannya upacara dimulai dari : Siraman, Selamatan, Srah-srahan dan ulasan tentang struktur adegan pertunjukkan ruwatan mengambil dari sajian dhalang Ki Hadi Suyono dari Sukoharjo, Ki Surono dari Tirtomoyo Wonogiri, Ki Manteb Soedarsono dari Karanganyar dan Ki Bambang Suwarno dari Surakarta.
Relasi kekuasaan kaum kuasa budaya. Sebuah upacara ruwatan yang mencerminkan adanya praktek hegemoni merupakan arena beroperasinya kekuasaan, maka dalam hal ini upacara tersebut bersifat politis, karena ia mengekspresikan relasi sosial kekuasaan dengan cara menaturalisasi tatanan sosial sebagai suatu ‘fakta’, sehingga mengaburkan relasi eksploitasi di dalamnya. Artinya upacara ruwatan sebagai tempat mengartikulasikan kekuasaan. Melalui upacara ruwatan, relasi kuasa tidak nampak (tak disadari), disebut simbolic power. Kepercayaan masyarakat terhadap dhalang ruwat agar mendoakan sekaligus dipercaya bisa menghilangkan Sukerta/kotoran hidup.
Bentuk-bentuk hegemoni dhalang ruwat trah/ keturunan menurut yang ditemukan di lokasi penelitian dapat digolongan menjadi tiga bentuk hegemoni, yaitu Bentuk-bentuk hegemoni dhalang ruwat trah/ keturunan menurut yang ditemukan di lokasi penelitian dapat digolongan menjadi tiga bentuk hegemoni, yaitu yang pertama digolongkan menjadi (1) hegemoni verbal melalui pentasbihan dhalang ruwat, berbentuk pelegalan dari penetapan jumlah sukerta. pembacaan mantram Waringin Sungsang (2) hegemoni non verbal mencakup Serat Kekancingan, jumlah sajen dan bentuk teks naratif. (3) bentuk mitos yang terdiri dari legitimasi keturunan dhalang ruwat trah, mantram Waringin Sungsang sebagai pembangun mitos dan sajèn sebagai alat mitos dalam ruwatan Murwakala.
Resistensi atas hegemoni dhalang ruwat terdiri dari: A. Resistensi Internal yang meliputi (1) serat kekancingan (perolehan ijin me-ruwat, syarat-syarat menjadi dhalang ruwat) (2).Resistensi Terhadap bentuk pelegalan (jumlah sajen para dhalang ruwat dari tiap-tiap wilayah, kategori sukerta). (3) resistensi mitos dalam ruwatan Murwakala (perlawanan status keturunan dhalang ruwat, mantram, legitimasi hak me-ruwat). (4)  resistensi teks cerita Murwakala. (5) ruwatan garingan/nyontreng/dhodhokan. B. Resistensi External (dari masyarakat terhadap ruwatan Murwakala.
Faktor-faktor Penyebab Penurunan Pertunjukkan Upacara Ruwatan dengan Media Wayang Kulit Lakon Murwakala. (1) Memudarnya Relasi Kuasa. Memudarnya Relasi Kuasa. Upacara ruwatan dengan media wayang kulit dengan lakon Murwakala seiring dengan berjalannya waktu khususnya semenjak kekuasaan kerajaan ke wilayah republik Indonesia mempengaruhi keberlangsungan tradisi ruwatan dari kualitas maupun kuantitasnya. Perubahan Kondisi Keyakinan tentang Legitimasi. Image kekuasaan kerajaan terhadap masyarakat sangat tertanam dihati sanubari sehingga dengan kondisi saat ini sedikit demi sedikit kepercayaan itu juga mulai memudar apalagi dengan pemikiran generasi sekarang yang sudah memandang ideologi tentang ruwatan tidak hanya sebagai jalan satu-satunya untuk pembersihan diri.Telah terjadi resistensi kedalam pertunjukan pertunjukkan ruwatan sehingga secara kuantitas penurunan frekwensi pentas pertunjukan ruwatan sangat drastis bahkan secara kualitas telah terjadi degradasi terhadap pertunjukan ruwatan.  (2). (2). Perubahan Sosial. Siklus perubahan sosial menunjukkan kebangkitan ataupun kemunduran suatu kebudayaan atau kehidupan sosial merupakan hal yang wajar dan tidak dapat dihindari. Perubahan sosial yang ada dalam masyarakat khususnya di Surakarta dan sekitarnya telah mempengaruhi hegemoni dhalang trah ruwatan didunia senia pertunjukkan ruwatan. (3). Kompromi Masyarakat. Kebutuhan penyelenggaran pertunjukan ruwatan telah menjadi kesepakatan antara konsumen atau pe-nanggap dengan pihak sang dhalang yang tujuannya adalah agar pertunjukkan ruwatan tersebut bisa tetap berjalan dengan lancar. Kesepakatan atau adanya kompromi semacam ini telah mengubah cara pandang baik dari seniman pelaku maupun penghayat yang dulunya berbagai kebutuhan dalam pertunjukan telah ada aturan atau pathokan-nya ternyata bisa ditawar dengan jalan kompromi. Kompromi tersebut hampir secara menyeluruh seperti banyaknya sajen yang dibutuhkan, syarat dhalang yang dihadirkan, jumlah wayang, gamelan dan seterusnya.
Dewasa ini kebutuhan ritual tradisi ruwatan dengan media wayang kulit dirasa sudah terlalu mahal maka dibutuhkanlah pertunjukkan Ruwatan Murwakala dengan konsep minimalis. Ruwatan minimalis dari segi peralatan, sajian dan bentuk pertunjukkannya tanpa mengurangi essensi maupun nilai yang terkandung didalamnya. Sebagai contoh adalah pertujunjukkan ruwatan yang dilakukan oleh Ki Andrik Purwasito dan Ki Surono dari Tirtomoyo Wonogiri.

Kata kunci : RESISTENSI; HEGEMONI;  DHALANG TRAH; RUWATAN MURWAKALA; SELAMAT;

 

×
Penulis Utama : Agus Efendi
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : T151402001
Tahun : 2019
Judul : Resistensi dhalang ruwat terhadap hegemoni dhalang ruwat trah dalam Ruwatan Murwakala di Surakarta dan sekitarnya
Edisi :
Imprint : Surakarta - Pascasarjana - 2019
Program Studi : S-3 Kajian Budaya
Kolasi :
Sumber : UNS-Pascasarjana-Prodi Doktor Kajian Budaya-T151402001-2019
Kata Kunci :
Jenis Dokumen : Disertasi
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. Prof. Dr. Andrik Purwasito, DEA
2. Prof. Dr. Bani Sudardi, M. Hum,
3. Prof. Dr. Wakit Abdullah, M. Hum
Penguji :
Catatan Umum :
Fakultas : Sekolah Pascasarjana
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.