×
ABSTRAK
Latar belakang dari penelitian ini adalah peneliti merasa bahwa banyak mahasiswa perantau di UNS memilih untuk golput dikarenakan sulitnya proses dalam pendaftaran pemilu dan sosialisasi dari pihak KPU sendiri juga dirasa kurang massif. Dalam mempersiapkan pelaksanaan Pemilu, KPU menggunakan media sebagai sarana untuk dalam menyalurkan informasi. Namun pada realitanya sosialisasi KPU tidak berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya, terdapat berbagai kendala yang membuat para pemilih khususnya mahasiswa perantu tidak bisa menggunakan hak pilihnya atau bisa disebut Golput lantaran kendala teknis dan administrasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi bagaimana penilaian mahasiswa perantau yang golput di Universitas Sebelas Maret terhadap media sosialisasi KPU 2019. Pendekatan metode kuantitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa survey menggunakan kuesioner. Teori yang digunakan adalah Stimulus Organism Response untuk mengetahui keterkaitan antara pemberian stimulus (pesan) kepada para pemilih perantau dalam memberikan response. Hasil penelitian menunjukkan permasalahan teknis dianggap sulit oleh response yang golput. Sebanyak 47,7% memilih untuk tidak mengurus berkas pindah TPS. Selanjutnya sebanyak 22 % response memahami pesan sosialisasi hanya untuk mengajak menggunakan hak suara. Terkait dengan media sosialisasi, hanya 26% responden yang mengunduh aplikasi KPU RI 2019.