Budaya kontemporer LGBT merupakan suatu kegiatan yang biasa saja dan beberapa golongan masyarakat mulai menerimanya namun tidak sedikit pula yang menolak keberadaan LGBT ini dikarenakan faktor agama dan kesehatan.Interaksi antar LGBT di ruang publik biasanya memilih menggunakan simbol atau komunikasi non verbal yang bertujuan untuk menyembunyikan identitas seksual mereka dari masyarakat umum dengan menggunakan simbol dan bahasa nonverbal. Metode ini menggunakan kualitatif .metode ini biasa diterapkan pada penelitian ilmu sosial.,karena pengkajian dilakukan sangat mendalam untuk mengetahui fenomena kejiwaan,perilaku,sikap dan tanggapan serta opini suatu kelompok. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah study kasus ( case study ) dan pengambilan data menggunakan wawancara serta observasi non partisipan
Dalam komunitas RD mereka mengadopsi style dan fashon dari Thailand, Jepang dan Korea .sedang penggunaan bahasa mereka cenderung menggunakan bahasa gaul yang dikombinasikan dengan bahasa lokal setempat dalam hal ini bahasa sunda. Role seks diantara mereka menjadi penentu style dan fashion apa yang akan mereka adopsi. Untuk role Seme mereka mengadopsi fashion korea dan jepang yang memperlihatkan kemaskulinan diri. Sedangkan role Uke mereka cenderung mengadopsi fashion Thailand dan Korea yang cenderung menampilkan sisi feminimim.komunitas RD menerapkan bahasa nonverbal dan simbol tertentu yang berbeda dari komunitas gay dan biseks di kota lain. Ciri khasnya mereka menghindari bahasa slang yang digunakan oleh banci atau waria salon pada umumnya dan selera fashion mereka lebih kekinian dan role seks memiliki peran besar atas penggunaan style dan fashion yang tidak ditemukan di komunitas lain
KATA KUNCI interaksionisme simbolik,biseks, gay, nonverbal, seme, simbol,,uke