Penulis Utama | : | Adwin Widriansyah |
NIM / NIP | : | D1214001 |
Abstrak
Permasalahan yang dibahas pada penelitian ini yaitu bagaimana representasi buruh di dalam puisi karya Wiji Thukul? Tujuan penelitian ini adalah mengetahui representasi buruh di dalam puisi karya Wiji Thukul. Metode yang digunakan penelitian ini yaitu deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data primer pada penelitian ini adalah buku berjudul "Aku Ingin Jadi Peluru" yang diterbitkan oleh IndonesiaTera pada tahun 2004. Sumber data sekunder diperoleh melalui studi kepustakaan dan artikel di internet.
Objek penelitian yaitu sepuluh puisi karya Wiji Thukul yang berjudul: “Sajak kepada Bung Dadi,” “Lingkungan Kita Si Mulut Besar,” “Kuburan Purwoluyo,” “Kampung,” “Gunung Batu,” “SUTI,” “Ayolah Warsini,” “Teka-teki yang Ganjil,” “Satu Mimpi Satu Barisan,” dan “Nonton Harga.” Teknik analisis menggunakan semiotika, yaitu analisa tekstual Roland Barthes. Langkah analisis yaitu: (1) Memotong puisi kedalam leksia; (2) Analisis makna leksia kedalam lima kode Barthes, yaitu kode hermeneutik, kode semantik, kode simbolik, kode proairetik, dan kode kultural; (3) Kategorisasi makna yang berhubungan dengan representasi buruh; (4) Membuat kesimpulan dari seluruh makna yang berkaitan dengan buruh.
Hasil analisis menemukan: (1) Buruh adalah masyarakat miskin; (2) Buruh digambarkan sering mengalami kelelahan fisik dan psikis; (3) Buruh digambarkan memiliki tingkat pendidikannya yang rendah; (4) Buruh digambarkan memiliki kondisi tubuh yang tidak sehat; (5) Buruh digambarkan melakukan tindakan kriminal; (6) Buruh digambarkan sering berhutang kepada rentenir; (7) Buruh digambarkan sebagai penyebab munculnya kesan miskin, kumuh, gaduh, dan ramai pada suatu lingkungan; (8) Buruh digambarkan memiliki permasalahan hidup, seperti penggusuran rumah, biaya kesehatan yang mahal, dan ketidakpedulian pemerintah; (9) Buruh diperlakukan buruk oleh perusahaan. Mereka digeledah karena dicurigai menyelundupkan barang. Buruh perempuan dipaksa menghilangkan tampilan feminim. Buruh tidak pernah merasakan kenaikan upah. Jika buruh memprotes atau menuntut, maka mereka akan dipecat; (10) Buruh bekerja pada kondisi pabrik yang tidak kondusif; (11) Buruh mengalami kekerasan fisik oleh aparat atau militer ketika berdemonstrasi; (12) Buruh digambarkan terasing dari kemegahan kota; (13) Buruh digiring suaranya pada saat pemilu demi kepentingan suatu golongan; (14) Buruh menggunakan sandiwara sebagai hiburan dan kritik terhadap ketidakadilan yang menimpa mereka; (15) Buruh dikaitkan dengan perbudakan kuli perkebunan pada masa penjajahan Indonesia.
Kata Kunci : Puisi, Semiotika Roland Barthes, Buruh
Penulis Utama | : | Adwin Widriansyah |
Penulis Tambahan | : | - |
NIM / NIP | : | D1214001 |
Tahun | : | 2016 |
Judul | : | Kaum Buruh dalam Puisi (Analisis Semiotika Mengenai Buruh yang Direpresentasikan didalam Puisi Karya Wiji Thukul) |
Edisi | : | |
Imprint | : | Surakarta - Fak. ISIP - 2016 |
Program Studi | : | S-1 Ilmu Komunikasi Non Reguler |
Kolasi | : | |
Sumber | : | UNS-Fak. ISIP Jur. Ilmu Komunikasi-D1214001-2016 |
Kata Kunci | : | |
Jenis Dokumen | : | Skripsi |
ISSN | : | |
ISBN | : | |
Link DOI / Jurnal | : | - |
Status | : | Public |
Pembimbing | : |
1. Mahfud Anshori, S.Sos., M.Si. |
Penguji | : | |
Catatan Umum | : | |
Fakultas | : | Fak. ISIP |
File | : | Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download. |
---|