×
Moringa oleifera yang dikenal dengan kelor adalah tanaman hutan yang banyak dimanfaatkan masyarakat sejak dahulu sebagai sayur mayur dan pakan ternak. Kelor memiliki potensi meningkatkan gizi, ketahanan pangan, dan mendorong pembangunan pedesaan. Potensi tersebut mampu menjadikan kelor sebagai alternatif budidaya untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan ekonomi masyarakat. Pengembangan Kampung Kelor melalui gerakan penanaman dan pengolahan kelor menjadi suatu upaya konkret mewujudkan pembangunan nasional pertanian guna meningkatkan ketahanan pangan dan mengentaskan kemiskinan masyarakat tani di pedesaan. Oleh karena itu menarik untuk dikaji bagaimana sikap masyarakat tani terhadap pengembangan Kampung Kelor dan faktor apa saja yang mempengaruhinya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sikap masyarakat terhadap pengembangan Kampung Kelor, menganalisis hubungan antara faktor pembentuk sikap dengan sikap masyarakat terhadap pengembangan Kampung Kelor, serta mengetahui perbedaan sikap antara masyarakat tani yang sudah dan belum mengusahakan kelor terhadap pengembangan Kampung Kelor. Metode dasar yang digunakan adalah kuantitatif dengan teknik survey. Lokasi penelitian di Desa Kedungbulus Kecamatan Gembong dengan mengambil 2 kelompok tani. Sampel ditentukan dengan teknik proportional random sampling, sebanyak 60 responden. Analisis data yang digunakan adalah Rank Spearman dan U Mann Whitney dengan aplikasi program SPSS 20,0 for windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pembentuk sikap yaitu umur mayoritas pada usia 48-56 tahun, pendidikan mayoritas SLTP, luas penguasaan lahan dalam kategori sempit, pendidikan non formal dalam kategori rendah dan sangat baik, pengalaman usahatani dalam kategori cukup berpengalaman, dan pengaruh orang lain yang dianggap penting dalam kategori cukup berpengaruh. Sikap masyarakat terhadap tujuan Pengembangan Kampung Kelor (meningkatan pendapatan, edukasi masyarakat, memajukan desa, dan meningkatkan ketahanan pangan serta gizi) adalah baik. Terdapat hubungan yang signifikan antara umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman usahatani, dan pengaruh oranglain yang dianggap penting pada pengembangan Kampung Kelor. Sedangkan luas penguasaan lahan tidak memiliki hubungan yang signifikan pada pengembangan Kampung Kelor. Terdapat perbedaan sikap antara masyarakat tani yang sudah dan belum mengusahakan kelor terhadap pengembangan Kampung Kelor