ABSTRAK
 
DEWI YUNIAWATI, R0216021, 2020. Hubungan Kadar Debu Lingkungan dan Perilaku Merokok dengan Gejala ISPA Pada Pekerja Penggilingan Padi KecamatanKerjo, Karanganyar. Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sekolah Vokasi UniversitasiSebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang: Gejala ISPA merupakan keluhan yang dialami seseorang pada
saluran pernapasan. Berdasarkan data dari puskemas kerjo, Karanganyar bulan JanuariDesember,
terdapat angka kejadian keluhan penyakit ISPA sebanyak 5.574 penderita. Dari hasil survei awal yang telah dilakukan oleh peneliti di Kecamatan Kerjo,
Karanganyar diperoleh data bahwa masyarakat yang bekerja di penggilingan padi ratarata
terpapar kadar debu sebesar 4,93 mg/m3 dan melebihiiunilai ambang batas8iyang telah ditentukaniuyaitu sebesar 4 mg/m3 dan rata-rata memiliki perilaku merokok saat bekerja yang mendorong timbulnya gejala ISPA.

Metode: Penelitian iniuiimenggunakan desain obervasional analitikioidengan pendekatan cross sectional.8Pengambilan sampel dengan cara total sampling sejumlah
50 responden. Pengukuran debu lingkungan kerja menggunakan HVS dan Nilai Ambang Batas kadar debu lingkungan berdasarkan SNI 19-0232-2005, penilaian gejala ISPA menggunakan kuesioner Depkes tahun 2002 dan analisis data menggunakan uji somers’d untuk uji bivariat dan uji regresi logistik ordinal dengan SPSS 22.00.

Hasil : Hasil penelitian menunjukan ada hubungan signifikan antara kadar debu lingkungan (p=0,000; r=0,614) dan perilaku merokok (p=0,000; r=0,694) dengan Gejala ISPA, dimana kadar debu lingkungan memiliki korelasi kuat dan berarah positif sedangkan perilaku merokok memiliki perilaku merokok kuat dan berarah positif. Perilaku merokok menjdi variable bebas yang berpengaruh terhadap gejala ISPA.  

Simpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara variable kadar debu lingkungan dan perilaku merokok dengan gejala ISPA. Kadar Debu Lingkungan dan perilaku merokok berpengaruh dengan gejala ISPA dengan perilaku merokok yang paling berpengaruh.