ABSTRAK
Suporter sepak bola adalah penonton pertandingan sepak bola yang memberikan dukungan emosi positif dan terkat dengan klub sepak bola. Di Indonesia, suporter sepak bola memiliki citra yang negatif karena banyaknya kerusuhan selama ataupun setelah pertandingan yang melibatkan suporter, sehingga suporter bola identik dengan kekerasan dan perilaku agresif. Namun, akhir-akhir ini, semakin banyak klub suporter sepak bola yang mulai meninggalkan sifat agresif tersebut dan mulai memiliki perilaku prososial, yaitu perilaku yang menguntungkan orang lain. Faktor-faktor yang mendukung adanya perilaku prososial adalah adanya kebutuhan berafiliasi dan konformitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebutuhan berafiliasi dan perilaku prososial melalui konformitas sebagai variabel mediator.
Populasi dalam penelitian ini adalah Klub Suporter Sepak Bola Brigata Curva Sud (BCS) yang mendukung tim PSS Sleman. Anggota BCS yang tercatat sampai September 2019 adalah 10.739 orang, namun jumlah ini terus bertambah dan belum semua anggota mendaftarkan dirinya pada pengurus, sehingga tidak dapat diketahui secara pasti jumlah anggota BCS. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan mengambil sampel sebanyak 330 orang. Analisis yang digunakan adalah analisis jalur. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa nilai pengaruh langsung dari kebutuhan berafiliasi terhadap perilaku prososial lebih besar daripada pengaruh tidak langsung melalui konformitas, sehingga peran konformitas sebagai variabel mediator tidak signifikan.
Kata kunci: Perilaku prososial, kebutuhan berafiliasi, konformitas, suporter sepak bola