Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Gunung Bromo merupakan kawasan hutan dengan tujuan khusus pendidikan dan penelitian di Kabupaten Karanganyar. KHDTK Gunung Bromo terbagi menjadi beberapa tegakan, salah satunya tegakan pinus. Pinus (Pinus merkusii) tumbuh secara alami di Sumatra dan ditanam di Jawa. Pinus memiliki potensi sebagai pohon industri dan konservasi. Pergantian fungsi dari hutan produksi terbatas menjadi kawasan khusus pada tahun 2018 membutuhkan pengelolaan untuk pelestariannya. Informasi mengenai struktur dan komposisi tumbuhan bawah di bawah tegakan pinus di KHDTK Gunung Bromo masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari struktur dan komposisi tumbuhan bawah di KHDTK Gunung Bromo. Informasi yang diperoleh melalui penelitian ini antara lain Indeks Nilai Penting (INP), keanakeragaman jenis Shannon-Wienner (H’), kekayaan jenis Margalef (R’), kemerataan jenis tumbuhan bawah, dan potensi pemanfaatannya,
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei - Juli 2019. Pengamatan dan koleksi tumbuhan bawah dilakukan di KHDTK Gunung Bromo, Jl. Raya Karanganyar-Mojogedang Km. 7, Karanganyar, Jawa Tengah. Petak ukur penelitian berjumlah 35, petak ukur pertama ditentukan secara acak dengan jarak antar petak ukur 100 m. Terdapat 37 jenis tumbuhan bawah yang berasal dari 23 famili telah berhasil diinvetaris di bawah tegakan pinus. Habitus tumbuhan bawah tersebut meliputi herba, perdu, dan liana. Rumput emprit (Eragrostis tenerum) merupakan jenis tumbuhan bawah yang menunjukkan INP tertinggi (58,84%). Selain itu, Famili Poaceae (rumput-rumputan) juga menunjukan INP tertinggi (67,64%) dibandingkan dengan famili lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi KHDT Gunung Bromo mendukung persebaran dan perkembangan jenis rumput-rumputan. Keanekaragaman jenis tumbuhan bawah termasuk kategori sedang (2,34; 10,6). Selain itu, keanekaragaman famili termasuk sedang (1,94; 10,6). Hal ini menunjukkan bahwa tumbuhan bawah di KHDTK Gunung Bromo heterogen dan persebarannya merata. Tumbuhan bawah yang ditemukan berpotensi sebagai tumbuhan obat (28 jenis), tumbuhan hias (7 jenis), sumber makanan (5 jenis), pakan ternak (5 jenis), budaya dan kerajinan (4 jenis), dan konservasi (3 jenis).