Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya dikotomi klasik di Indonesia serta menganalisis dampaknya dalam melaksanakan kebijakan moneter yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah maupun otoritas moneter. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data bersumber dari SEKI Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistika. Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang digunakan berupa data runtut waktu (time series) kuartal periode 1997Q3-2007Q4 dan 2008Q1-2019Q4. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah uang beredar (M1,M2), tingkat harga umum, harga valas dan tingkat output. Teknik analisis data yang digunakan adalah Vector Error Correction Model (VECM). Berdasarkan Impulse Respons Function (IRF) menunjukkan bahwa dikotomi klasik tidak berlaku di Indonesia pada masa krisis asia dan krisis global pada semua periode penelitian, hal ini dikarenakan jumlah uang beredar (M1,M2) memiliki respon yang lebih kuat terhadap tingkat output dibandingkan tingkat harga umum dan harga valas. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kebijakan yang sebaiknya dilakukan pemerintah maupun otoritas moneter untuk mempengaruhi tingkat output adalah melalui Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter (MKTM) pada proses perputaran uang dipasar keuangan dan fungsi intermediasi agar dapat mendorong kegiatan ekonomi sektor riil

Kata Kunci : Dikotomi Klasik, Jumlah Uang Beredar, Tingkat Harga Umum, Harga Valas, Tingkat Output, Vector Error Correction Model (Vecm), Impulse Respons Function (Irf), Kebijakan Moneter, Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter