AbstrakLatar Belakang: Hiperglikemia pada stroke berkaitkan dengan outcome klinis yang buruk. Level HbA1c mencerminkan kontrol glukosa rata-rata dalam 2-3 bulan sebelumnya pada pasien dengan atau tanpa diabetes mellitus. Level HbA1c darah yang tinggi akan mengakibatkan gangguan neurologis berat dan prognosis yang buruk.Tujuan Penelitian: Mengetahui hubungan positif antara HbA1c dengan NIHSS awal pada pasien stroke infark trombotik akut di RS Dr. Moewardi Surakarta.Metode Penelitian: Penelitian observasional pada 78 pasien stroke infark trombotik akut di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dari bulan Juni-Agustus 2020. Level glikemik dinilai dengan HbA1c. Keparahan stroke dinilai dengan NIHSS (National Institutes of Health Stroke Scale) saat datang pertama di rumah sakit. Analisis statistik menggunakan uji non parametrik.Hasil: Mayoritas subjek perempuan (53,8%) dengan rata-rata usia (59,88 ± 11,19). Rata-rata HbA1c 7,01 ± 2,47 dan rata-rata NIHSS awal 7,86 ± 2,91. Uji regresi linear didapatkan HbA1c memiliki koefisien beta 0,706 dengan p = 0,000.Simpulan: Terdapat hubungan positif antara HbA1c dengan NIHSS awal pada pasien stroke infark trombotik akut di RSUD Dr.Moewardi Surakarta. HbA1c merupakan prediktor independen terhadap NIHSS awal, dimana setiap peningktan 1 poin HbA1c akan meningkatkan skor NIHSS awal sebesar 0,7.Kata Kunci: HbA1c, NIHSS, Stroke Iskemik Akut