Setiap daerah memiliki adat yang digunakan sebagai peraturan dalam kehidupan masyarakat, salah satu adat yang masih kental yaitu pernikahan. Adat pernikahan memiliki beberapa pantangan, salah satunya pantangan menikah arah ngalor-ngulon. Sebelum pernikahan dilakukan itungan Jawa terlebih dulu agar terhindar dari musibah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kehidupan masyarakat Desa Bubakan yang masih kental dengan adat istiadat
Penelitian ini menggunakan Teori Konstruksi Sosial yang dikemukakan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann dengan metode penelitian kualitatif dengan strategi studi kasus. Pada penelitian ini melibatkan 15 informan termasuk 3 sesepuh desa, 1 kepala desa, 1 Kaur TU, dan 10 masyarakat umum di Desa Bubakan. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasilnya divalidasi berdasarkan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hampir sebagaian masyarakat Desa Bubakan percaya dengan pantangan tersebut. Pantangan menikah arah ngalor-ngulon sudah ada sejak zaman dahulu, yang hanyaberlaku bagi anak laki-laki saja. Sehingga masyarakat setempat lebih memilih untuk menghindarinya, dan melakukan itungan Jawa terlebih dulu sebelum melangsungkan pernikahan. Hal tersebut telah dikonstruksikan oleh masyarakat dengan 3 proses yaitu eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi yang merupakan proses pantangan menikah arah ngalor-ngulon dihindari oleh masyarakat sampai sekarang.   

Kata Kunci    : Pernikahan,Itungan Jawa, Ngalor-ngulon