Sesuai prinsip Education for All, sekolah negeri adalah untuk semua siswa. Meskipun beda agama, setiap SMAN perlu melayani semua siswa, termasuk siswa minoritas berbeda agama. Penelitian ini bertujuan membahas pelayanan siswa minoritas beda agama dan bentuk intoleransi yang terjadi di sekolah SMAN Sukoharjo. Penelitian ini menggunakan perspektif  multicultural didukung  metode kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dikumpulkan melalui google formulir dengan total responden 130 siswa. Data kualitatif dikumpulkan dengan wawancara 15 informan. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder, dikumpulkan dari SMAN 1, SMAN 2, dan SMAN 3 di Sukoharjo dan diuji validitasnya secara triangulasi sumber. SMAN Negeri Sukoharjo ini dipilih karena telah menerapkan pendidikan multikultural. Data dianalisis dengan teori identitas sosial. Hasil penelitian menunjukkan 7 kasus intoleransi yang dialami oleh siswa minoritas. 1) Siswa minoritas merasa tidak mendapatkan pendidikan agama yang sesuai; 2) Siswa tidak dapat masuk jurusan yang diinginkan; 3) Siswa mendapat nilai rendah; 4) Siswa tidak dapat rapor karena belum lunas SPP; 5) Adanya stigma negative terhadap siswa pindahan; 6) Siswa mendapat pendidikan yang menyemaikan diskriminasi gender; 7) Sekolah membedakan status orangtua. Dengan demikian guru perlu membantu siswa mengenali potensi dirinya, peningkatan kualifikasi guru, pelayanan pendidikan berkeadilan, membiasakan siswa berpikir kritis dan meningkatkan kepedulian orangtua pada anak.

Kata Kunci : Identitas, Intoleransi, Pendidikan, Multikultural, Minoritas.