×
Ketersediaan air pada lahan kering tergantung dari tingginya curah hujan yang ada. Hal ini yang memicu adanya beberapa kendala pada pertanian lahan kering, salah satunya yaitu persediaan air yang terbatas. Pada musim kemarau persediaan air sangat rendah sedangkan kebutuhan air tanaman cukup banyak. Pertanaman melon (Cucumis melo.) di lahan kering alfisol dan entisol pada musim kemarau merupakan suatu tantangan bagi para petani karena kurangnya persediaan air dan kahatnya unsur hara. Irigasi bawah permukaan menggunakan metode gerabah dinilai mampu untuk mengatasi kekurangan air yang terjadi pada musim kemarau. Irigasi gerabah memanfaatkan sifat dari bahan pembuat gerabah, yaitu tanah liat yang berpori sehingga air keluar dari dalam gerabah secara perlahan dan membasahi tanah di sekitarnya. Penggunaan pupuk ke dalam sistem irigasi juga merupakan cara untuk meningkatkan unsur hara di dalam tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati seberapa besar pengaruh sistem irigasi bawah permukaan tanah dengan gerabah yang digunakan sebagai metode fertigasi untuk pertanaman melon (Cucumis melo). Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2019 di lahan percobaan Fakultas Pertanian UNS, desa Sukosari , Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar. Rancangan percobaan penelitian menggunakan Rancangan Tersarang (Nested) dengan tiga faktor perlakuan meliputi 3 faktor yaitu Jenis Tanah (T), metode pemupukan (P) dan penggunaan mulsa (M). Jenis tanah yang digunakan yaitu tanah alfisol (T1) dan tanah entisol (T2), sedangkan Metode pemupukan meliputi pupuk cair fertigasi 100% (P1), pupuk cair fertigasi 50% (P2), dan pupuk benam 100% (P3). Penggunaan mulsa meliputi perlakuan kontrol/tanpa mulsa (M0), dan dengan mulsa (M1). Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan sistem irigasi bawah permukaan menggunakan gerabah fertigasi mampu memberikan peningkatan terhadap berat buah, tinggi tanaman, berat brangkasan basah dan berat brangkasan kering. Kombinasi perlakuan P1M1 pada tanah alfisol dan entisol menunjukkan kelengasan tanah tertinggi dengan nilai masing-masing 23,1% dan 22,5%. Berat buah melon paling tinggi pada alfisol dan entisol ditunjukkan oleh perlakuan yang sama (P1M1) dengan nilai ma masing 580,33 dan 616,50 gram.