Abstrak

Indonesia memiliki beragam buah-buahan dengan harga terjangkau dan telah dikenal baik oleh masyarakat. Ketersediaan buah khas Indonesia juga cukup melimpah dan mudah didapat. Salah satu contoh buah khas Indonesia adalah jambu kristal. Hingga saat ini jambu kristal menjadi salah satu produk buah unggulan nasional. Seiring dengan meningkatnya minat konsumsi buah jambu kristal di masyarakat, maka diperlukan peningkatan yang seimbang akan produksinya.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu sentra pengembangan jambu kristal di Jawa Barat. Gapoktan Mandiri Jaya adalah gabungan kelompok tani yang bergerak di bidang hortikultura dan tanaman pangan di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Jambu kristal adalah salah satu produk utama di bidang hortikultura pada gapoktan tersebut. Seiring dengan fluktuasi jumlah petani produsen jambu kristal, maka perlu ada pengembangan dengan strategi usaha tani jambu kristal agar kemungkinan munculnya kendala produksi dapat dihindari.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor eksternal dan faktor internal  yang mempengaruhi strategi sektor hilir pada komoditas jambu kristal di Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya Kabupaten Bogor serta untuk mengetahui prioritas strategi yang dapat diterapkan guna mengatasi permasalahan bagian hilir produksi jambu kristal di Gabungan Kelompok Tani Mandiri Jaya Kabupaten Bogor.
Penelitian ini merupakan studi kasus pada Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Mandiri Jaya yang berlokasi di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Lokasi ditentukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan peneliti untuk menyesuaikan tujuan penelitian. Gapoktan ini juga merupakan binaan pemerintah daerah Kabupaten Bogor. Penelitian ini menggunakan tahapan masukan, tahap pencocokan dan tahap keputusan. Tahap masukan menggunakan faktor eksternal dan internal yang berpengaruh dalam perumusan strategi peningkatan produksi jambu Kristal Gapoktan Mandiri Jaya dengan menggunakan matriks EFE dan matriks IFE. Tahap pencocokan menggunakan Matirks Grand Strategy, dan tahapan keputusan menggunakan AHP. Peneliti menggunakan informan kunci (key informan) sebagai responden penelitian dengan metode penentuan berdasarkan pertimbangan keahlian masing-masing, untuk analisis matriks EFE dan IFE menggunakan 5 informan dan untuk analisis AHP menggunakan 4 pakar.
Hasil analisis EFE dan IFE menunjukkan nilai tertimbang sebesar 2.77 dan 2,88 yang artinya usahatani jambu kristal memiliki faktor kekuatan lebih besar daripada faktor kelemahannya dan memiliki faktor peluang lebih besar daripada faktor ancaman. Sedangkan hasil analisis Matriks Grand Stategy menunjukkan hasil nilai sumbu X = 1.57 dan sumbu Y = 0.63 dan posisi koordinat berada pada kuadran I (satu), yang artinya posisi sempurna bagi perusahaan. Berdasarkan identifikasi analisis EFE dan IFE serta Matriks Grand Strategy, maka strategi yang sesuai adalah strategi kekuatan dan peluang. Selanjutnya melalui AHP diperoleh hasil akhir bahwa urutan hierarki atas dasar prioritas kerjasama dengan pemerintah maupun marketplace menjadi alternatif prioritas strategi yang pertama yang direkomendasikan. Selanjutnya rekomendasi alternatif strategi kedua adalah dengan meningkatkan inovasi teknologi dalam mengatur waktu panen agar tidak bersamaan antar anggota kelompok yang dapat mengakibatkan turunnya harga jual dari jambu Kristal di bulan-bulan tertentu. Rekomendasi selanjutnya berturut-turut adalah membuat toko tani sebagai penyedia utama saprodi untuk budidaya jambu Kristal, gapoktan memberi giliran rutin anggotanya untuk mengikuti pameran, dan terakhir adalah meningkatkan pengawasan penerapan GAP SOP budidaya sehingga produksi dapat optimal.

Kata kunci: Jambu Kristal, strategi peningkatan produksi, EFE dan IFE, Matriks Grand Strategy, AHP