×
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total rumah tangga miskin di Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan, mengetahui konsumsi energi dan protein pada rumah tangga miskin di Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan, menganalisis hubungan antara proporsi pengeluaran pangan dengan Tingkat Konsumsi Energi (fKE) rumah tangga miskin di Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan, dan mengetahui kondisi ketahanan pangan rumah tangga miskin di Kecamatan Ngaringan Kabupaten Grobogan berdasarkan indikator proporsi pengeluaran pangan dan tingkat konsumsi energi.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik penelitian survei. Metode penentuan sampel menggunakan metode purposive. Jenis data yang digunakan adalah primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, pencatatan, dokumentasi, dan Recall dua kali 24 jam.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa : (1) Rata-rata proporsi pengeluaran konsumsi pangan rumah tangga miskin adalah sebesar 79,86% atau Rp 526.273,33/bulan dan rata-rata proporsi untuk pengeluaran non pangan sebesar 20,14% atau Rp 132.727,00/bulan. (2) Rata -rata konsumsi energi rumah tangga miskin adalah 3.203,10 kkal/rumah tangga/hari atau 66,03% dan rata-rata konsumsi protein rumah tangga miskin 87,02 gram/rumah tangga/hari atau 66,63%. (3) Koefisien korelasi hubungan antara proporsi pengeluaran pangan dengan Tingkat Konsumsi Energi sebesar -0,23, artinya memiliki keeratan hubungan yang rendah dan berlawanan yaitu jika proporsi pengeluaran pangan meningkat maka Tingkat Konsumsi Energi rendah dan sebaliknya. (4) Kondisi Ketahanan pangan rumah tangga miskin adalah 23 rumah tangga miskin atau 76,67% dengan status rawan pangan dan 7 rumah tangga miskin atau 23,33% dengan status rentan pangan.
Dari hasil penelitian maka disarankan (1) Pembentukan dan pemberdayaan kelompok wanita di Desa Bandungsari Kecamatan Ngaringan yang didampingi dan diberi pelatihan oleh Badan Ketahanan Pangan untuk mengolah pangan lokal unggulan, yaitu jagung, kacang hijau, dan kacang kedelai, yang dapat meningkatkan nilai tambah pangan lokal dan menambah pendapatan.(2) Pemanfaatan lahan pekarangan rumah tangga miskin untuk ditanami komoditas bahan pangan maupun bortikultura, sehingga mampu memproduksi sendiri bahan pangan, menambah keberagaman konsumsi, dan mengurangi pengeluaran pangan. (3) Sosialisasi oleh Dinas Kesehatan tentang susunan bahan pangan yang beragam dan bergizi seimbang mengenai jenis bahan pangan yang perlu dikonsumsi, jenis dan fungsi zat gizi yang dikandung bahan pangan meliputi energi, karbobidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral bagi tubuh.