Penelitian ini bertujuan:
(1)    Mengetahui mekanisme rantai pasok ikan nila di Kabupaten Wonogiri;
(2)    Menganalisis kinerja masing-masing anggota rantai pasok ikan nila di Kabupaten Wonogiri, (3) Mengetahui faktor, aktor/pelaku, tujuan dan alternatif skenario untuk membentuk manajemen dan meningkatkan efisiensi rantai pasok ikan nila di Kabupaten Wonogiri.
Penelitian ini menggunakan metode diskriptif analisis. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Wonogiri dengan pengambilan sampel responden pakar sebanyak 5 orang yang dipilih berdasarkan metode judgement sampling dengan pertimbangan keefektifan, responden pakar adalah pihak yang paling sesuai kerena memiliki informasi dan pemahaman lebih mendalam mengenai manajemen rantai pasok ikan nila di Kabupaten Wonogiri. Selanjutnya pengambilan sampel pembudidaya ikan dilakukan secara cacah lengkap sebanyak 50 responden di dua kecamatan pada lokasi budidaya ikan nila Karamba Jaring Apung (KJA) dan sampel pedagang di kecamatan terkait yang dilakukan dengan metode bola salju (snow ball sampling) meliputi pedagang pengumpul sejumlah 6 responden dan pedagang pengecer sejumlah 14 responden. Penelitian ini terdiri dari 3 tahap dan setiap tahap membutuhkan responden dan alat analisis yang berbeda. Tahap pertama untuk mengetahui mekanisme rantai pasok dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, tahap kedua untuk mengetahui faktor, aktor/pelaku, tujuan dan alternatif skenario membentuk manajemen dan meningkatkan efisiensi rantai pasok ikan nila di Kabupaten Wonogiri menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan software Expert Choice 11, selanjutnya tahap ketiga untuk mengetahui kinerja masing-masing pelaku rantai pasok ikan nila di Kabupaten Wonogiri menggunakan Data Envelopment Analysis (DEA) dengan software DEAP 2.1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Struktur rantai pasok ikan nila di Kabupaten Wonogiri terdiri atas beberapa tingkatan pelaku mulai dari pembudidaya     ikan,     pedagamg     pengumpul     dan     pedagang     pengecer,
(2)    Pembudidaya ikan merupakan aktor yang memerlukan perhatian khusus karena dari hasil analisis menggunakan metode DEA terlihat DMU yang mendapat nilai efisiensi 1 (100%) hanya sebesar 24%, rentan nilai efisiensi DMU pembudidaya ikan antara 0,517 sampai 1 dengan nilai rata-rata efisiensi sebesar 0,789, hal ini berarti masih banyak decesion making unit yang perlu dievaluasi usahataninya dan mencari penyebab inefisiensi. Sedangkan DMU pedagang pengumpul sebanyak 83,33% dinyatakan efisien, dengan rata-rata nilai efisiensi 0,998, serta DMU pedagang pengecer sebanyak 42,86% dinyatakan efisien
 
dengan rata-rata nilai efisiensi 0,982. Hal ini juga sekaligus menjadi referensi dan menunjukkan masih terdapat kemungkinan untuk meningkatkan output maupun memperbaiki kombinasi penggunaan masukan (input) oleh decision making unit sehingga dapat mencapai efisiensi, (3) Dari hasil pengolahan AHP terhadap alternatif skenario peningkatan efisiensi rantai pasok ikan nila terlihat bahwa transparansi kerjasama antar pihak pada rantai pasok ikan nila di Kabupaten Wonogiri menjadi prioritas pertama dengan nilai 0.414, selanjutnya intervensi pemerintah terhadap kebijakan menjadi prioritas kedua dengan nilai 0,251, fasilitasi sarana dan prasarana untuk pembudidaya ikan menjadi prioritas ketiga dengan nilai 0,241 dan pengembangan informasi dan teknologi menjadi prioritas keempat dengan  nilai 0,095.

Kata kunci: Ikan Nila, Efisisensi, Rantai Pasok, DEA, AHP