Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menyebutkan bahwa setiap daerah di Indonesia, yang merupakan wilayah Indonesia, dikelompokkan ke dalam provinsi dan diberi hak untuk mengelola sumber daya daerahnya sendiri melalui otonomi daerah. Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang memiliki hak dan kewajiban untuk mengembangkan sumber daya daerahnya. Sumber daya Jawa Tengah sangat beragam, namun tidak semua sumber daya harus diberi intensitas yang tinggi dalam pembangunannya.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data PDRB berbagai sektor ekonomi dan PDRB Per kapita dari seluruh kota dan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Metode analisis data yang digunakan untuk melakukan pemindaian keunggulan  adalah  Shift  Share,  LQ,  dan  Klassen  Typology.  Berdasarkan  hasil analisis Location Quotient (LQ), wilayah utara Jawa Tengah memiliki 7 sektor basis dan 10 sektor non basis sesuai nilai rata-rata LQ selama 10 tahun. Wilayah tengah Provinsi Jawa Tengah memiliki 15 sektor basis. sektor, 1 sektor yang hanya mencukupi kebutuhan daerah, dan 1 sektor non basis berdasarkan skor LQ rata-rata selama 10 tahun. Wilayah selatan Jawa Tengah memiliki 2 sektor basis, 1 sektor dengan   pendapatan   mencukupi   kebutuhan   daerah,   dan   14   sektor   non   basis berdasarkan nilai LQ rata-rata 10 tahun. Berdasarkan analisis Shift Share, sektor Pertanian,  Kehutanan   dan   Perikanan   di   seluruh  wilayah   utara   Jawa  Tengah
mengalami pertumbuhan yang lambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dalam provinsi tersebut. Bahkan ada 6 daerah yang juga belum memiliki keunggulan komparatif di bidang Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. Sektor Pertambangan dan Penggalian; Pengadaan Listrik dan Gas; Konstruksi; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan akomodasi dan makanan dan minuman; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi; Perumahan; Layanan Perusahaan; Administrasi Pemerintahan Wajib, Pertahanan dan Jaminan Sosial; Layanan Pendidikan; Pelayanan Kesehatan dan Kegiatan Sosial Lainnya;   dan   sektor   jasa   lainnya   tumbuh   positif.   Sektor   Transportasi   dan Pergudangan; Penyediaan akomodasi dan makanan dan minuman; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi; Perumahan; Layanan Perusahaan; Administrasi Pemerintahan Wajib, Pertahanan dan Jaminan Sosial; Layanan Pendidikan; Pelayanan Kesehatan dan Kegiatan Sosial Lainnya; dan Sektor Jasa Lainnya mengalami pertumbuhan yang lambat di semua kota dan kabupaten di wilayah tengah Jawa Tengah. Sektor Pertambangan dan Penggalian memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat. Diikuti oleh sektor Industri Manufaktur; Pengadaan Listrik dan Gas; Pasokan Air, Pengelolaan Limbah, Limbah dan Daur Ulang; Konstruksi; Perdagangan Grosir dan Eceran, Perbaikan Mobil dan Sepeda Motor; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan akomodasi dan makanan dan minuman; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi; Perumahan; Layanan Perusahaan; Administrasi Pemerintahan Wajib, Pertahanan dan Jaminan Sosial; Layanan Pendidikan; Pelayanan Kesehatan dan Kegiatan Sosial Lainnya; dan Jasa Lainnya di seluruh  kabupaten  selatan  Jawa  Tengah.  Sektor-sektor  tersebut  juga  berkembang untuk mendorong pertumbuhan sektor pertambangan yang diprioritaskan di selatan Jawa Tengah. Berdasarkan analisis tipologi Klassen. Di wilayah utara Jawa Tengah, Kota Semarang, Kabupaten Pati, dan Kota Tegal termasuk dalam wilayah yang tumbuh pesat dan tumbuh pesat. Kabupaten Kendal, Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, Kabupaten Rembang, Kabupaten Batang, dan Kabupaten Pemalang semuanya merupakan daerah berkembang.

Kata Kunci:    PDRB Jawa Tengah, Kota dan Kabupaten di Jawa Tengah, LQ, Shift Share, Tipologi Klassen, Pertumbuhan Daerah