Budaya Paternalistik menempatkan laki-laki pada peran penting dalam pembangunan yang dapat menimbulkan ketimpangan bagi perempuan. Pengarusutamaan Gender merupakan strategi pembangunan yang mengintegrasikan gender dalam perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, pemantauan dan evaluasi dalam pelaksanaan pembangunan. Wanita berperan penting dalam pembangunan sektor pertanian melalui keterlibatannya dalam kelompok wanita tani. KWT Ngudi Rejeki merupakan perkumpulan wanita-wanita tani di Desa Trirenggo, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul yang memproduksi produk olahan lokal. KWT Ngudi Rejeki memiliki kewajiban dan hak untuk terlibat dan menerima manfaat pembangunan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses pembangunan dalam pemberdayaan KWT Ngudi Rejeki melalui pengarusutamaan gender, mengungkap bentuk ketidakadilan gender, serta merumuskan kembali program kebijakan sesuai dengan kebutuhan kelompok. 
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja) di Desa Trirenggo. Pengambilan informan ditentukan dengan purposive sampling yang melibatkan anggota KWT Ngudi Rejeki beserta suami, Pemerintah Desa, LPMD, BPD, PPL, Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, gapoktan, dan kelompok tani. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode observatif partisipatif, wawancara semi terstruktur, dan dokumentasi, kemudian dianalisis menggunakan model analisis Miles dan Huberman dan teknik analisis gender Moser, serta validitas data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. 
Perencanaan program pembangunan belum menggunakan teknik analisis gender dan KWT Ngudi Rejeki belum memahami perbedaan tujuan pada forum yang diikuti, tetapi dalam perencanaan dan pelaksanaannya tetap diupayakan memberikan hak yang sama bagi KWT Ngudi Rejeki dengan anggaran yang secara implisit dalam dokumen RKP Desa. Pelaporan dilakukan secara langsung oleh KWT Ngudi Rejeki dan melalui dokumen pertanggungjawaban desa setiap tahun yang hanya dinilai secara garis besar. Pemantauan dan evaluasi dilakukan telah dilakukan oleh Kepala Seksi Kesejahteraan yang melibatkan KWT Ngudi Rejeki sebagai pemberi informasi. Ketidaksetaraan gender yang masih terjadi baik pada organisasi dan ruang lingkup program pemberdayaan yang termanifestasi dalam marginalisasi, subordinasi, stereotip, dan kekerasan. Terdapat kebutuhan gender praktis dan strategis yang belum terpenuhi. Program kebijakan hasil analisis yang dapat dipertimbangkan yaitu: pembinaan pengorganisasian kelompok, pelestarian tanaman kelor di lingkungan desa, pengembangan kemampuan dan jaringan pemasaran produk, pengembangan varian produk olahan berbahan daun kelor.