Tujuan penelitian untuk mendiskripsikan peran aktor yang terlibat dalam penurunan luas lahan sawah pertanian dan peran pemerintah menjaga neraca beras di Kabupaten Sukoharjo. Kabupaten Sukoharjo merupakan Kabupaten yang memiliki luas wilayah terkecil kedua setelah Kabupaten Kudus di Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah yang kecil bersamaan dengan penurunan luas lahan sawah dan peningkatkan jumlah penduduk. Namun penurunan luas lahan sawah berlawanan dengan produksi beras. Produksi dan produktivitas beras meningkat dari tahun Tahun 2010 hingga 2019. Fenomena tersebut menarik dikaji dari peran aktor-aktor dalam penurunan luas lahan sawah karena kajian tersebut belum dilakukan di Kabupaten Sukoharjo. Penelitian menggunakan metode eksploratif dengan studi literatur dari laporan instansi pemerintah; media masa; akun youtube resmi Bupati Sukoharjo (konco wardoyo); observasi; dan wawancara mendalam.
Pertama, konversi lahan sawah merupakan dampak dari pelaksanaan program pembangunan fisik dari elit pemerintah di Kabupaten Sukoharjo. Program pembangunan fisik tersebut didukung oleh Pemerintah Kabupaten; Provinsi; dan Nasional. Pembangunan fisik bersamaan dengan reproduksi mekanis identitas Ir.Soekarno dan  warna dasar merah. Identitas tersebut menunjuk pada satu partai politik. Identitas tersebut dapat terbentuk karena para elit partai politik tertentu menempati posisi strategis di Pemerintah Kabupaten; Provinsi; dan Nasional. Kedua, Produksi beras dan produktivitas padi meningkat melalui pemberdayaan petani model corporate farming bersamaan konversi lahan sawah. Model corporate farming terdiri dari tiga pilar yaitu konsolidasi tanah; mekanisasi pertanian; dan integrated farming. Peran elit nasional dalam satu partai memiliki peran dalam distribusi bantuan alat dan sarana produksi padi untuk corporate farming. Konsumsi beras dikendalikan dengan menurunkan laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sukoharjo melalui peningkatan penyerapan tenaga kerja. Strategi yang diterapkan pemerintah tersebut memiliki dampak pada surplus beras periode 2011-2019 labih tinggi dibandingkan surplus beras periode 1998-2011.

Kata Kunci: Sukoharjo, Corporate Farming, Aktor; Konsolidasi; Soekarno