ASHAR BANYU LAZUARDI, NIM : S221608002 SENI PERTUNJUKAN SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI (Studi Kasus Mengenai Pergeseran Seni Pertunjukan Wayang Sasak Sebagai Media Komunikasi Pada Masa Kini di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat), TESIS, Pembimbing I : Prof. Drs. Pawito, Ph.D., Pembimbing II : Drs. Ign. Agung Satyawan, S.E., S.Ikom., M.Si., Ph.D. Program Studi Ilmu Komunikasi, Program Magister Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia 2021
Seni pertunjukan wayang Sasak merupakan seni pertunjukan daerah yang berumur tua dan memiliki peran sangat penting dalam penyebaran agama Islam di Pulau Lombok. Seni pertunjukan ini merupakan salah satu bentuk media yang tertua di pulau Lombok dikarenakan pada masa awal kemunculannya di Lombok digunakan sebagai media atau sarana dakwah ajaran – ajaran agama Islam.Namun, penyebaran ajaran agama Islam melalui media seni pertunjukan wayang Sasak cenderung ditinggalkan atau bahkan tidak digunakan lagi sehingga berdampak pada kelestariannya yang semakin terancam. Kelestarian seni pertunjukan wayang Sasak sangat bergantung pada peran dalang. Namun, pada masa kini banyak dalang – dalang yang cenderung tidak aktif, misalnya hal itu ditunjukan dengan durasi pentas dalam setahun yang rata – rata sangat jarang atau sedikit, bahkan beberapa dalang tidak pentas sama sekali selama kurun waktu setahun. Penelitian ini dianalisis menggunakan medium theory dan interaksionisme simbolik untuk menjawab rumusan masalah penelitian dimana ingin mengetahui seni pertunjukan wayang Sasak sebagai media pada masa kini di Lombok dan produksi pesan dalang dalam upaya pelestarian seni pertunjukan wayang Sasak. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumen sebagai data pendukung. Hasil penelitian ini menunjukkan Seni pertunjukan wayang Sasak sebagai media pada masa kini yaitu media yang menyebarkan informasi kepada penonton atau masyarakat. Namun, pesan atau infromasi yang disampaikan telah berubah dari tentang penyebaran ajaran agama Islam menjadi pesan – pesan yang berisi ajakan kebaikan, nilai – nilai kehidupan, dan kritik. Bahasa yang digunakan dalam produksi pesan atau informasi yang dilakukan oleh dalang – dalang wayang Sasak kini tidak lagi menggunakan bahasa Kawi atau Jawa kuno, melainkan dengan bahasa Sasak dan bahasa Indonesia. Selain itu, upaya pelestarian yang lain lahirnya jenis wayang interaktif dan wayang Tetatu.