×
ABSTRAK Dalam berkomunikasi dengan orang lain seringkali terdapat kendala-kendala tertentu yang menyebabkan kesalahpahaman. Salah satu kendala yang kadang tak disadari setiap orang dalam menjalin komunikasi dengan orang lain adalah bagaimana memahami bahasa tubuh lawan bicaranya. Bahasa tubuh adalah serangkaian gesture, isyarat tubuh, ekspresi wajah, tatapan mata dan sebagainya yang menunjukkan atau mengungkapkan pikiran maupun perasaan seseorang dengan tanpa disadari. Bahasa tubuh merupakan salah satu bentuk komunikasi non verbal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna bahasa tubuh yang ditampilkan endoser dalam iklan fashion pada majalah FHM dan Maxim dalam perspektif budaya popular. Majalah dianggap cukup mewakili salah satu bentuk budaya popular yang banyak terdapat di sekitar kita. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui tanda-tanda yang berhubungan dengan maskulinitas dalam iklan cetak. Dari sini, maka peneliti memfokuskan untuk menganalis iklan-iklan fashion pada kedua majalah tersebut yang bersegmen pembaca pria. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah semiologi khususnya teori Roland Barthes yang lebih dikenal dengan teori Order of Signification. Konsep pemikiran Barthes mencakup makna denotasi dan konotasi. Makna denotasi adalah makna sebenarnya, sesuai dengan makna kamus. Sedangkan, makna konotasi adalah makna ganda yang lahir dari pengalaman personal dan kultural. Meskipun menggunakan pendekatan berbeda dalam teorinya, Barthes tetap memakai dasar berpijak pada teori Saussure yang terlihat dalam penggunaan istilah signifier (penanda) dan signified (petanda). Hasil dari penelitian ini didapatkan fakta bahwa maskulinitas dalam iklan ditunjukkan lewat pemilihan edoser pria beserta karakteristik yang mengikutinya, pemilihan pakaian dan busana serta warna-warna tertentu yang merepresentasikan sisi maskulin. Adapun bahasa tubuh, termasuk didalamnya gerak isyarat tubuh, gesture, tatapan mata dan ekspresi wajah menunjukkan makna tertentu yang dikaitkan dengan persepsi seseorang, konvensi umum, pengalaman personal dan kultural seseorang serta dalam hubungannya dengan konteks sosial budaya.