Pendahuluan: Penyakit paru obstruktif kronik adalah penyakit progresif dan mengancam jiwa. Menghirup asap tembakau adalah faktor risiko yang paling penting untuk PPOK. Cara paling efektif bagi perokok untuk mengurangi risiko kematian dini dan penyakit yang berhubungan dengan merokok adalah dengan berhenti merokok. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas berhenti merokok pada perokok dengan PPOK dalam mencegah progresivitas keparahan PPOK.

Metode: Penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria inklusi: (1) randomized clinical trial (RCT) (2) pasien merokok dengan PPOK (3) menilai intervensi farmakoterapi dan/atau behavioral support dan outcome (4) Bahasa Indonesia dan artikel Bahasa Inggris. Pencarian artikel menggunakan database (Pubmed, Sciencedirect, ProQuest, dan Garuda) dari 1 Januari 2016 hingga 31 Desember 2020. Kami menggunakan Medical Subject Headings untuk studi pencarian. Data yang diperoleh akan disintesis secara kualitatif berdasarkan PRISMA dan akan ditinjau oleh reviewer independen berdasarkan Risk of Bias 2.0.

Hasil: 3 artikel ditemukan dengan total 508 pasien disintesis secara kualitatif. Dalam intervensi standard smoking cessation vs long-term nicotine replacement therapy, abstinence rate tidak signifikan antara dua intervensi (RR 1,04, 95% Cl 0,61-1,78 pada titik waktu 12 bulan). Dalam varenicline vs plasebo, terdapat perbedaan yang kurang signifikan dalam abstinence rate antara dua intervensi (RR 0,98, 95% CI (0,29-3,26)). Dalam intervensi kontingen vs non-kontingen, hanya subjek intervensi kontingen yang memenuhi kriteria abstinence dengan tingkat CO rata-rata 2,72 ppm.

Kesimpulan:

Pemberian terapi intervensi berhenti merokok pada perokok dengan PPOK dapat meningkatkan abstinence rate dengan efektivitas yang berbeda sesuai dengan jenis intervensi yang diberikan. Abstinence rate perokok dengan PPOK dan tanpa PPOK tidak jauh berbeda (sebagian besar intervensi memiliki efek yang setara).