Komunikasi merupakan keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi pekerjaan di abad ke 21. Seorang tunarungu kehilangan fungsi indera pendengaran sehingga mengalami hambatan untuk berkomunikasi. Sejumlah kajian menunjukkan keterampilan komunikasi pada seorang tunarungu dapat ditingkatkan menggunakan teknologi dan pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui analisis kebutuhan belajar siswa tunarungu; (2) menentukan kelayakan multimedia interaktif; (3) mengetahui keefektifan multimedia interaktif.

Jenis penelitian ini adalah Research and Development (RnD). Penelitian menggunakan prosedur pengembangan dari Sukmadinata yang terdiri dari 3 tahap, yaitu studi pendahuluan, pengembangan model, dan pengujian model. Penelitian melibatkan 2 guru IPS tunarungu, 3 alumni siswa tunarungu untuk uji terbatas dan luas, 12 siswa tunarungu untuk uji efektivitas dari SLB di Surakarta. One-Group Pretest-Posttest Design digunakan sebagai desain untuk menguji keefektifan media pembelajaran.

Penelitian menunjukkan 3 temuan penting yakni: (1) siswa dan guru membutuhkan pengembangan media pembelajaran IPS di kelas SMALB dikarenakan ketiadaan buku ajar di kelas 12; (2) hasil uji ahli penyajian dan kegrafikan menunjukkan rerata skor 4,13 dari rentang skor 5 dan ahli substansi dan kebahasaan menunjukkan skor 4,3 dari rentang skor 5 yang membuktikan media pembelajaran layak untuk diimplementasikan di kelas. Prinsip coherence, prinsip temporal contiguity, prinsip personalization principle, prinsip modalitas, prinsip redundancy merupakan prinsip yang paling menonjol di penelitian dan pengembangan ini diantara prinsip yang lain; dan (3) hasil uji keefektifan produk mengggunakan uji statistik Normized Gain (N-Gain) membuktikan bahwa penggunaan multimedia interaktif meningkatkan kemampuan komunikasi siswa secara signifikan dengan rata-rata hasil nilai N Gain sebesar 0,77 yang berarti produk memiliki efektivitas tinggi. Implikasi dari penelitian ini, pemerintah perlu menyediakan pemerataan kualitas sumber buku ajar kepada semua jenjang pendidikan khusus serta memberikan program pengembangan profesi guru kepada guru pendidikan luar biasa agar guru dapat memberikan materi pembelajaran bagi siswa tunarungu secara efektif.