Asam fenil asetat merupakan senyawa organik yang digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan penicillin, fungisida, dan insektisida, serta bahan pembantu dalam pembuatan parfum. Berdasarkan United Nations database, Indonesia belum memiliki pabrik yang memproduksi asam fenil asetat, sehingga kebutuhan asam fenil asetat bergantung impor. Indonesia mengimpor asam fenil asetat sebanyak 2.018 ton pada tahun 2017. Pabrik asam fenil asetat kapasitas 20.000 ton/tahun dirancang untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ekspor ke China dan Singapura. Pabrik direncanakan beropersi pada tahun 2023 di Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur.

Asam fenil asetat dihasilkan dari reaksi antara benzil sianida, asam sulfat, dan air dengan produk samping berupa ammonium sulfat sebanyak 0,49 kg/kg produk utama. Selain itu, terdapat limbah flash dryer sebesar 0,29 kg/kg produk utama yang dialirkan menuju UPL. Bahan baku yang digunakan sebanyak 0,90 kg benzil sianida/kg produk utama, 0,54 kg asam sulfat/kg produk utama, dan 0,34 kg air/kg produk utama. Reaksi tersebut merupakan reaksi eksotermis. Reaksi berlangsung di dalam reaktor alir tangki berpengaduk (RATB) pada fase cair-cair temperatur 150°C dan tekanan 1,5 bar dengan konversi 91%. Proses pembentukan produk berupa kristal menggunakan evaporative crystallizer, kemudian pemisahan dan pemurnian produk dilakukan melalui proses filtrasi dan pengeringan. Produk yang dihasilkan adalah asam fenil asetat kemurnian 99% w/w dan ammonium sulfat kemurnian 98% w/w.

Unit pendukung proses pabrik meliputi unit pengadaan air (0,0027 m3/kg produk utama) berasal dari Sungai Bengawan Solo, unit pengadaan steam (0,06 kg/kg produk utama) pada tekanan 6,5 bar dan temperatur 240°C, unit pengadaan udara tekan (0,03 Nm3/kg produk utama), unit pengadaan listrik (0,24 kWh/kg produk utama) berasal dari PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) UPT Gresik, dan unit pengadaan bahan bakar berupa gas bumi untuk boiler dan furnace (0,002 MMBTU/kg produk utama) berasal dari PT Perusahaan Gas Negara Gresik, serta High Speed Diesel (HSD) untuk generator (0,02 L/kg produk utama) berasal dari PT Pertamina Patra Niaga, Gresik. Pabrik juga didukung dengan laboratorium untuk mengontrol mutu bahan baku, produk, air proses, air pendingin, dan limbah sesuai dengan spesifikasi yang sesuai.

Bentuk perusahaan adalah Perseroan Terbatas (PT) dengan struktur organisasi line and staff. Sistem kerja karyawan berdasarkan pembagian jam kerja yang terdiri dari karyawan shift dan non shift. Karyawan non shift bekerja tanpa ada waktu lembur selama 8 jam per hari dan 5 hari kerja dalam satu minggu. Karyawan shift terbagi menjadi 4 kelompok dengan 3 macam shift. Jumlah karyawan yang diperlukan dalam pengoperasian pabrik ini sejumlah 184 pekerja dengan 0,02 man hour/kg produk utama.

Bahan baku yang diperlukan yaitu benzil sianida dengan harga Rp42.145/kg dan asam sulfat Rp1.306/kg. Produk asam fenil asetat akan dijual dengan harga Rp64.839/kg dan ammonium sulfat Rp3.145/kg. Berdasarkan hasil analisis ekonomi diperoleh nilai Discounted Cash Flow Rate of Return (DCFROR) sebesar 24,56%, Discounted Pay Back Period (DPBP) selama 1,56 tahun, Present Value Ratio (PVR) sebesar 2,22, Net Present Value tahun ke-10 sebesar Rp941.484.580.108,79, Break Even Point (BEP) sebesar 49,22%, dan Shut Down Point (SDP) sebesar 27,65%. Berdasarkan analisis ketidakpastian, pabrik tidak menguntungkan ketika FCI bertambah 281%, harga produk berkurang 15,4%, harga bahan baku bertambah 26,4%, dan interest rate bertambah sebesar 26,4%. Sehingga, dapat disimpulkan pabrik layak didirikan.