×
Dalam pembelajaran bahasa Jawa materi peristiwa budaya daerah di SMA/Sederajat, kata sesaji selama ini memiliki pemaknaan yang kurang baik. Hal ini dikarenakan karena sesaji pada umumnya dideskripsikan sebagai bentuk persembahan kepada leluhur nenek moyang sehingga diimplementasikan kepada sesuatu yang berbau mistik. Apabila stigma kurang baik ini masih dibiarkan saja di masyarakat, tentu alternatif materi pembelajaran bahasa Jawa bagi kompetensi dasar upacara adat budaya daerah dikhawatirkan akan semakin terbatas. Di satu sisi, sesaji yang disajikan dalam suatu prosesi upacara adat juga mempunyai makna-makna luhur yang disimbolkan melalui bentuk-bentuk benda yang disajikan dan dapat dijadikan pedoman bagi peserta didik untuk berperilaku baik dalam kehidupan. Oleh karena itu dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan bentuk sesaji dan bentuk makna simbolik sesaji dalam upacara adat Ganti Langse di Palenggahan Ageng Srigati, Kabupaten Ngawi juga relevansinya sebagai materi ajar bahasa Jawa di SMA/Sederajat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan semiotika Charles Sanders Peirce untuk menyajikan uraian data mengenai makna simbolik sesaji dalam upacara adat Ganti Langse di Palenggahan Ageng Srigati, Kabupaten Ngawi. Data dalam penelitian ini berupa dokumen catatan kegiatan upacara adat Ganti Langse dan transkrip hasil wawancara dengan informan. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat delapan belas bentuk sesaji yang terbagi dalam tiga prosesi, yaitu kirab langse, Ganti Langse, dan wilujengan. Masing-masing sesaji tersebut memiliki makna simbolik tersendiri yang mengandung nilai-nilai luhur bagi kehidupan. Sesaji dalam upacara adat Ganti Langse relevan untuk dijadikan alternatif materi ajar dalam pembelajaran tentang peristiwa budaya daerah sesuai karakteristiknya pada siswa kelas XI SMA/Sederajat.