Peran masyarakat untuk bisa mandiri dalam situasi bencana menjadi tujuan utama dalam pengurangan resiko bencana. Adanya pengetahuan mengenai kebencanaan dan kemampuan untuk menyelamatkan diri sendiri menjadikan masyarakat tidak bergantung lagi kepada kelompok-kelompok yang bergerak di bidang kebencanaan. Dalam upayanya memandirikan masyarakat Desa Sirnoboyo, pemerintah desa setempat bekerjasama dengan Perguruan Tinggi setempat dan BPBD membentuk sebuah kelompok relawan Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Sirnoboyo untuk membantu menciptakan masyarakat tangguh bencana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran dari FPRB dalam manajemen bencana banjir di desa Sirnoboyo dan juga mengetahui faktor pendukung dan penghambat FPRB dalam menjalankan perannya. Sebagai landasan teori dalam penelitian ini digunakan teori modal sosial dari Robert Putnam yang mengungkapkan bahwa modal sosial merupakan kemampuan utama masyarakat untuk bekerja bersama-sama demi mencapai tujuan bersama di kelompok maupun organisasi. Dari pendifinisiannya tersebut kemudian mencakup tiga konsep utama yaitu jaringan, norma, dan kepercayaan yang kemudian secara menyeluruh, hasil penelitian terkait peran FPRB dilihat dengan tiga konsep tersebut. Pada penelitian ini digunakan metode deskriptif kualitatif untuk menjawab bagaimana peran FPRB dalam manajemen bencana dan menciptakan masyarakat tangguh bencana. Kemudian untuk menganalisis faktor pendukung dan penghambat digunakan metode analisis SWOT. Dari penelitian ini ditemukan bahwa FPRB dalam menciptakan masyarakat tangguh bencana turut menggunakan kearifan lokal setempat seperti pemanfaatan budaya pengajian, gotong royong, festival sungai sebagai media sosialisasi. Kemudian juga penggunaan alat-alat tradisional kentongan sebagai salah satu media komunikasi. Dari upaya-upaya yang dilakukan FPRB Sirnoboyo tersebut juga terdapat faktor pendukung maupun penghambat yang dialami oleh FPRB Sirnoboyo baik dari sisi internal maupun eksternal komunitas itu sendiri.