Permasalahan hama tikus dijumpai di hampir semua wilayah penghasil padi, termasuk di Kecamatan Juwiring, Klaten yang pernah mengalami outbreak hama tikus. Pengendalian tikus yang selama ini sering dipraktikan petani adalah dengan gropyokan dan umpan beracun, namun upaya tersebut belum menunjukkan hasil yang memuaskan dan dampaknya juga tidak berkelanjutan. Pemanfaatan burung hantu ( Tyto alba) yang didukung dengan pemasangan Rubuha dapat dipilih sebagai alternatif pengendalian tikus yang efektif dan berefek jangka panjang. Rubuha sebagai tempat tinggal (sarang) yang ditempatkan di dekat atau sekitar lahan. Pemasangan rubuha di Desa Jaten, Juwiring Kabupaten Klaten, tahun 2019 lalu sampai saat ini belum dievaluasi pengaruhnya pada keberadaan hama tikus dan kepenghuniannya, sehingga perlu diamati guna menilai efektivitasnya. Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi Barn Owl Survey Methodology di desa Jaten, Kecamatan Juwiring pada bulan Juli 2020-Januari 2021 dengan menentukan variable pengamatan yaitu kepenghunian rubuha yang dihuni dan belum dihuni lalu diamati jumlah sarang aktif, intensitas serangan dan hubungan antara variable pengamatan. Data dianalisis dengan korelasi dan regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepenghunian Rumah Burung Hantu (Rubuha) pada kurun waktu 8 bulan baru mencapai 20?ri total 10 rubuha yang terpasang. Namun demikian, pemasangan rubuha berpengaruh pada intensitas serangan tikus maupun jumlah sarang aktif tikus. Hasil analisis korelasi dan regresi menunjukkan adanya tingkat hubungan yang tinggi antara intensitas serangan dengan jumlah lubang tikus yang ditandai dengan hasil koefisien korelasi yang positif (0,879) dan signifikan pada level 0,01 dimana setiap peningkatan jumlah lubang tikus akan diikuti pula dengan kenaikan intensitas serangan di pertanaman padi sekitarnya.