×
Perkembangan infrastruktur di Indonesia menuntut produksi beton meningkat mulai dari pembangunan yang paling sederhana hingga proyek dengan teknologi rumit. Hal tersebut disebabkan oleh penggunaan beton yang menguntungkan dan efisien yang menjadikan beton dengan kebutuhan yang tidak terelakkan. Hediyanto W. Husaini, Kepala Badan Pembinaan Konstruksi dalam pembukaan pameran dan konferensi konstruksi Concrete Show South East Asia (2013) mengatakan bahwa bahkan dengan bertambahnya kelas menengah menjadi 56,5?ri 240 juta penduduk Indonesia bisa dipastikan kebutuhan pembangunan akan semakin bertambah lagi. Hal ini menjadi perhatian karena beton menjadi salah satu mata rantai pasok kosntruksi. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan 9 benda uji.
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bahan Bangunan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Bahan yang digunakan terdiri dari Semem PCC merk Semen Holcim, agregat halus berupa Batu Apung berasal dari toko batu alam didaerah Kabupaten Sukoharjo, agregat kasar berupa pecahan genteng batu pecah dari fakultas hukum Universitas Sebelas Maret, selanjutnya terdapat limbah cangkang kerang yang didapat dari Eks Karisidenan dan rumah makan seafood.
Kadar bahan inovasi yang digunakan berbeda untuk mencari campuran yang terbaik. Penggunaan BA pada 40%, 55%, dan 65%. Penggunaan pecahan genteng sebesar 100%. Penggunaan limbah bubuk cangkang kerang sebesar 10?ri jumlah semen titius. Rencana campuran beton ringan (Mix Design) menggunakan rencana mix design SNI 03-2847-2002 dengan kekuatan yang direncanakan pada umur 28 hari adalah 25 Mpa dan direkomendasikan untuk konstruksi plat lantai dengan rumah 2 tingkat, yang diperkirakan dapat menghemat biaya produksi sebesar Rp. 168.090/m3.