Penulis Utama : Suci Antari
NIM / NIP : C0203004
× ABSTRAK 2008.Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) Bagaimana suntingan teks TISA? (2) Bagaimana isi teks TISA tentang fikih ibadah menurut pendekatan resepsi? Tujuan penelitian ini adalah (1) Menyediakan suntingan teks TISA yang baik dan benar. (2) Mengungkapkan isi teks TISA tentang fikih ibadah menurut pendekatan resepsi. Metode yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah metode suntingan teks dan resepsi. Sumber data yang digunakan adalah naskah TISA dengan nomor Ml. 772 (dari W. 15). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka. Teori yang digunakan untuk menganalisis teks adalah teori resepsi. Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. (1) Dalam suntingan teks TISA, terdapat beberapa kesalahan penulisan, yaitu 39 lakuna yang terdiri atas 13 kasus pengurangan huruf, 13 kasus pengurangan suku kata, dan 13 kasus pengurangan kata; 41 adisi yang terdiri atas 21 kasus penambahan huruf, 4 kasus penambahan suku kata, 11 kasus penambahan kata, 2 kasus penambahan frasa, 2 kasus penambahan klausa, dan 1 kasus penambahan kalimat; 6 ditografi yang terdiri atas 2 kasus perangkapan suku kata dan 4 kasus perangkapan kata; 52 substitusi yang terdiri atas 34 kasus penggantian huruf, 7 kasus penggantian suku kata, dan 11 kasus penggantian kata; dan empat transposisi yang semuanya berupa kasus perpindahan letak suku kata. (2) Dalam teori resepsi, deskripsi struktur teks TISA yang berupa struktur sastra kitab diperlukan sebagai landasan untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi teks. Dalam hal ini, struktur sastra kitab TISA dapat dilihat dari struktur penyajian, gaya penyajian, pusat penyajian, dan gaya bahasanya. (3) Analisis isi terdiri dari pembahasan mengenai isi (yang mengacu pada struktur penyajian), gaya penyajian, pusat penyajian, dan gaya bahasa. Dalam hal struktur penyajian, teks TISA disajikan secara berurutan dan sistematis yang terdiri atas pendahuluan, isi, dan penutup. Teks TISA berisi fikih ibadah, yaitu thahārah, sembahyang (salat), zakāt, puasa, serta haji dan ’umrah. Thahārah meliputi perkara tentang istinja’; najis; wudu; mandi; menyapu mūzā; tayammum; dan perkara yang diharamkan atas orang yang ber-hadas kecil, junub, serta perempuan yang haid dan nifas. Sembahyang (salat) meliputi perkara tentang bang dan kamat; syarat dan rukun sembahyang; perkara tentang belajar dan mengajar bacaan sembahyang serta perintah sembahyang; uzur meninggalkan sembahyang; perkara yang mewajibkan men-ta’khīr-kan sembahyang; perkara yang membatalkan sembahyang; perkara tentang sunnah ab’ādl; perkara tentang sujūd sahwī; syarat sembahyang berjamaah; perkara tentang sembahyang qashar dan jamak; perkara tentang sembahyang dan khotbah jumat; perkara tentang orang yang meninggalkan sembahyang; serta syarat dan rukun sembahyang mayat. Zakāt meliputi syarat wajib zakāt dan nishāb pada binatang; syarat wajib zakāt dan nishāb pada emas dan perak; syarat wajib zakāt pada ma’din; perkara tentang zakāt rikāz; perkara tentang zakāt pada harta perniagaan; syarat wajib zakāt dan nishāb pada biji dan buah; perkara tentang zakāt fithrah; perkara tentang zakāt pada harta serikat; perkara tentang penyegeraan pengeluaran zakāt dan niat zakāt; serta orang-orang yang berhak menerima zakāt. Puasa meliputi syarat dan rukun puasa; perkara yang membatalkan puasa dan pahala puasa; perkara yang mengharuskan berbuka; perkara tentang wajib qadlā, fidyah dan kafārat; serta orang yang mati sebelum meng-qadlā puasa. Haji dan ’umrah meliputi syarat wajib haji dan ‘umrah; haji dan ‘umrah pada perempuan dan orang yang lemah; rukun haji dan ‘umrah; wajib haji dan ‘umrah; perkara yang membatalkan haji dan ‘umrah; jenis haji; perkara tentang tahallul; wajib dam dan puasa; perkara yang diharamkan saat ihrām; serta perkara tentang kafārat, dam, dan fidyah karena melakukan hal-hal yang diharamkan saat ihrām. Gaya penyajiannya adalah sebagai berikut. Bab pendahuluan disajikan secara interlinier. Gaya interlinier ini merupakan salah satu ciri khas sastra kitab yang bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam memahami uraian narator. Isi dibagi dalam bab-bab atau pasal-pasal dan setiap pasal terdiri atas beberapa bagian. Pembahasan isi dimulai dari hal yang paling mendasar pada setiap pasal agar dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. Ada beberapa gaya yang digunakan dalam pembahasan isi, yaitu perincian, pemaparan, serta bentuk perintah dan saran. Bentuk rincian digunakan untuk menyebutkan setiap rukun atau syarat dan membahasnya sampai ke bagian yang paling kecil. Gaya pemaparan digunakan untuk menjelaskan suatu permasalahan dengan panjang lebar. Bentuk perintah atau saran digunakan untuk memfatwakan suatu hal kepada pembaca. Pada setiap akhir bagian atau pasal terdapat kesimpulan berupa nasihat, ulasan tambahan, atau penegasan yang berfungsi untuk menyampaikan inti dari permasalahan yang telah dibahas. Pusat penyajian yang digunakan adalah metode romantik-ironik, yaitu metode orang ketiga yang menonjolkan peranan narator. Dengan metode ini, narator bisa dengan leluasa menyampaikan ajarannya dan lebih dekat dengan pembaca. Gaya bahasa TISA banyak dipengaruhi oleh bahasa Arab, baik dalam hal kosakata, ungkapan, maupun sintaksisnya. Dalam hal kosakata, TISA banyak menggunakan kosakata-kosakata Arab yang termasuk dalam istilah fikih (khususnya fikih ibadah). TISA juga menggunakan ungkapan-ungkapan khusus berbahasa Arab yang mencirikan bahwa TISA merupakan teks sastra bernuansa Islam yang banyak dipengaruhi oleh unsur bahasa Arab. Dalam hal sintaksis, TISA banyak menggunakan kata dan (ﻮ) serta kata maka (ﻒ) sebagai pembuka kalimat atau kata tumpuan. Sebagai bagian dari sastra Melayu, TISA menggunakan sarana retorika yang sama dengan karya sastra pada umumnya. Sarana retorika yang digunakan dalam teks TISA adalah penguraian, pertentangan, penyimpulan, polisidenton, gaya retorika, dan litotes. Penggunaan teknik penguraian bertujuan agar narator dapat membahas setiap pokok permasalahan sampai ke bagian sekecil-kecilnya. Teknik pertentangan digunakan untuk menampilkan dua pendapat yang berbeda dalam teks. Teknik penyimpulan digunakan untuk menyimpulkan hal-hal yang telah diuraikan sebelumnya. Teknik polisidenton digunakan untuk memperjelas hubungan antara bagian yang satu dengan lainnya. Gaya retorika (berpidato) digunakan untuk mendekatkan hubungan antara narator dengan pembaca. Gaya bahasa litotes digunakan untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Dalam hal ini, gaya litotes digunakan oleh penyalin dengan bersikap rendah hati agar terjaga dari kesombongan.
×
Penulis Utama : Suci Antari
Penulis Tambahan : -
NIM / NIP : C0203004
Tahun : 2008
Judul : Tanbīhu L-Ikhwān Fī Sy-Syurūthi Wa L-Arkān: suntingan teks dan pendekatan resepsi
Edisi :
Imprint : Surakarta - FSSR - 2008
Program Studi : S-1 Sastra Indonesia
Kolasi :
Sumber : UNS-FSSR Jur. Sastra Indonesia-C.0203053-2008
Kata Kunci :
Jenis Dokumen : Skripsi
ISSN :
ISBN :
Link DOI / Jurnal : -
Status : Public
Pembimbing : 1. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag
Penguji :
Catatan Umum :
Fakultas : Fak. Sastra dan Seni Rupa
×
File : Harus menjadi member dan login terlebih dahulu untuk bisa download.