Sebagai organisasi suporter Persis Solo, maka muncul aspek-aspek normatif untuk menghadirkan solidaritas berkembang antar sesama organisasi suporter Persis Solo. Selain itu, manajemen konflik serta proses-proses mediasi terkait konflik di antara organisasi-organisasi pendukung Persis Solo juga menjadi keharusan sebagai sebuah kesatuan. Studi ini bertujuan untuk mengetahui apa sajakah kelompok-kelompok suporter pendukung Persis Solo, untuk mengetahui bagaimana bentuk solidaritas dan interaksi di antara kelompok-kelompok suporter Persis Solo, dan untuk mengetahui bagaimana bentuk mekanisme di antara kelompok-kelompok suporter Persis Solo dalam melakukan mediasi konflik dan menghasilkan kohesi sosial di antara mereka. Studi ini menggunakan beberapa teori yakni teori organisasi dari Ferdinand Tonnies, teori solidaritas sosial dari Emile Durkheim, dan teori konflik dari Ralf Dahrendorf. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif interpretatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa; Pertama, suporter Persis Solo terdiri dari dua kelompok yakni Pasoepati dan Surakartans 1923. Kedua, bentuk solidaritas dan interaksi di antara kelompok suporter Persis Solo sesuai dengan solidaritas mekanik dalam analisis teori solidaritas Emile Durkheim ditunjukkan dengan away, kritikan terhadap klub, merayakan Persis Solo juara, podo-podo dukung Persis Solo, ngopo ndadak gelutan, Bhinneka Tunggal Persis, dan aku seneng Persis, kowe seneng Persis, awak dewe sedulur. Ketiga, bentuk konflik berdasarkan analisis teori konflik dari Ralf Dahrendorf yakni Pasoepati terletak pada posisi sebagai superordinat, sedangkan Surakartans 1923 terletak pada posisi sebagai subordinat, dimana bentuk konflik ditunjukkan dengan konflik di dalam stadion seperti konflik antara Pasoepati di tribun B7 dan Surakartans 1923 di tribun B6 dan konflik di luar stadion seperti cegat-cegatan di luar.